Mengelola strategi pemasaran pariwisata sangatlah penting bagi keberhasilan suatu destinasi pariwisata. Dengan menerapkan strategi pemasaran pariwisata yang tepat akan membantu meningkatkan keunggulan bersaing destinasi pariwisata, yang pada akhirnya dapat membatu meningkatkan pendapatan destinasi pariwisata dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu, strategi pemasaran yang tepat dapat membantu meningkatkan brand awareness dan citra merk destinasi, sehingga lebih banyak orang akan mengetahui tentang destinasi dan menjadi lebih tertarik untuk mengunjunginya.
Menerapkan strategi pemasaran yang tepat juga dapat membantu memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan, sehingga wisatawan yang datang akan merasa puas dengan pengalaman yang didapatkan di destinasi tersebut dan mungkin akan kembali lagi di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, pemahaman mengenai strategi pemasaran pariwisata adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengelola destinasi pariwisata di seluruh dunia.
Pengertian Strategi Pemasaran Pariwisata
Strategi pemasaran pariwisata adalah proses strategis untuk mendapatkan, mempertahankan, dan meningkatkan kunjungan dengan tahapan proses perencanaan, riset, implementasi, pengendalian dan evaluasi.
Pemasaran pariwisata yang bersifat strategis tersebut berisi pilihan strategi yang tepat dengan seperangkat manuver-manuver yang biasa disebut dengan taktik pemasaran. Secara lengkap, Morrison (2013) dalam bukunya Managing & Marketing Tourism Destinations mengungkapkan pengertian strategi pemasaran pariwisata sebagai berikut:
“Marketing is a continuous, sequential process through which a destination management organization (DMO) plans, research, implements, controls, and evaluates programs aimed at satisfying traveler’s needs and wants as well as the destination’s and DMO’s visions, goals, and objectives. To be most effective, the DMO’s marketing programs depend upon the efforts of many other organizations and individuals within and outside the destination.”
“Strategi pemasaran pariwisata adalah suatu proses yang dilakukan secara terus–menerus dan dilaksanakan secara berurutan, dimana sebuah organisasi pengelola destinasi pariwisata merencanakan, meneliti, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi program-program yang bertujuan untuk mencapai harapan dan kepuasan wisatawan dan destinasi pariwisata, dan tujuan organisasi pengelola destinasi pariwisata. Efektivitas pencapaian program pemasaran organisasi pengelola pariwisata, juga turut bergantung pada usaha atau kerja keras organisasi-organisasi dan individu-individu di dalam maupun luar destinasi pariwisata tersebut.”
Dari definisi di atas, terlihat bahwa promosi pariwisata merupakan bagian dari pemasaran destinasi pariwisata. Promosi pariwisata adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk mengingatkan, menginformasikan, atau membujuk orang tentang destinasi pariwisata dengan seperangkat bauran promosi atau komunikasi pemasaran pariwisata seperti iklan (advertising), penjualan melalui tenaga penjual (personal selling), penjualan langsung (direct marketing), menjual produk (merchandising), hubungan masyarakat (public relations) dan publikasi (publicity), Promosi online atau internet marketing, dan lain-lain.
Strategi pemasaran pariwisata merupakan bagian dari pengelolaan atau manajemen destinasi pariwisata yang memerlukan pendekatan profesional yang harus didukung oleh penelitian yang valid dan solid sehingga dapat memberikan informasi yang benar dan pada ujungnya strategi pemasaran pariwisata yang dipilih atau diformulasikan bisa dilakukan secara tepat.
Tahapan Strategi Pemasaran Pariwisata
Strategi pemasaran pariwisata berisi mengenai strategi yang bersifat jangka panjang. Dalam berbagai literatur strategi pemasaran pariwisata biasanya terdiri dari segmenting, targeting, positioning dan branding. Berikut adalah cara melakukan strategi pemasaran pariwisata agar selalu dapat menghadapi dan beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis dan selalu berubah, sehingga destinasi pariwisata dapat selalu memiliki keunggulan bersaing yang berkelanjutan (competitive sustainable advantage).
1. Tetapkan Visi dan Misi
Visi pemasaran destinasi pariwisata diperlukan agar organisasi pengelola destinasi pariwisata dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar untuk mencapai visi destinasi pariwisata.
Dalam mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, organisasi pengelola destinasi pariwisata bekerja sama dengan para pemangku kepentingan pariwisata baik internal maupun eksternal. Pernyataan visi organisasi pengelola destinasi pariwisata sifatnya lebih konkret daripada visi destinasi pariwisata.
Visi adalah pernyataan menganai mimpi organisasi untuk menjadi sesuatu yang diinginkan di masa mendatang secara jangka panjang. Atau jawaban dari pertanyaan “what we want to become?”, ingin menjadi apa destinasi di masa yang akan datang?.
Contoh visi destinasi pariwisata: “Menjadi destinasi pariwisata berkelas dunia”.
Misi adalah pernyataan dari alasan mengapa organisasi pengelola destinasi pariwisata itu ada atau “reason for being“. Pernyataan misi memiliki cakupan yang luas, meliputi ruang lingkup cakupan layanan atau produk, siapa pasar yang dilayani, kemampuan atau kapabilitas serta budaya dan filosofi organisasi secara keseluruhan dari organisasi pengelola destinasi pariwisata.
Misi bukanlah tujuan atau sasaran, tetapi merupakan deskripsi singkat dari apa yang dilakukan organisasi pengelola destinasi pariwisata dan yang dilayaninya. Misi organisasi pengelola destinasi pariwisata berasal dari destinasi pariwisata dan pernyataan visi organisasi pengelola destinasi pariwisata serta konsisten dengan sasaran pemasaran destinasi pariwisata.
Contoh misi destinasi pariwisata: “Untuk menyediakan lingkungan di mana Anggota Tim kami bangga untuk bekerja, memberikan pengalaman yang tak terlupakan kepada pengunjung, dan menghasilkan keuntungan finansial yang luar biasa.”
2. Lakukan Pengamatan dan Analisis Situasi Lingkungan
Pengamatan lingkungan adalah penelusuran atau pencarian informasi mengenai peristiwa, tren, dan hubungannya dengan lingkungan eksternal organisasi. Hal ini merupakan pengetahuan yang akan membantu pihak pengelola dalam merencanakan program tindakan organisasi pada masa yang akan datang.
Pengamatan lingkungan adalah aktivitas dalam melakukan tinjauan terhadap sumber-sumber eksternal untuk menemukan faktor-faktor yang memengaruhi destinasi pariwisata. Tujuan utamanya adalah melakukan identifikasi dan konsultasi terhadap sumber-sumber di luar destinasi pariwisata.
Pengamatan lingkungan merupakan kegiatan destinasi pariwisata dalam menganalisis situasi lingkungan eksternal makro atau sering disebut dengan remote environment.
Tren utama pengamatan lingkungan adalah tantangan, peluang, dan ancaman potensial dalam lingkungan pemasaran strategis. Tantangan, peluang, dan ancaman tersebut bisa meliputi undang-undang dan peraturan, kondisi politik dan ekonomi, pola sosial dan budaya, perubahan lingkungan alam, situasi politik, dan kemajuan teknologi.
Untuk memberikan gambaran tentang pengamatan lingkungan, maka menurut Morrison dkk. (2017) dapat diperoleh dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
- Apa yang menjadi tren utama dalam tiga sampai lima tahun terakhir?
- Apa tren yang diharapkan dalam tiga sampai lima tahun yang akan datang?
- Apakah tren tersebut akan memengaruhi destinasi pariwisata dan organisasi pengelola destinasi pariwisata pada kurun waktu tiga sampai lima tahun yang akan datang?
- Bagaimana tren tersebut akan memengaruhi destinasi pariwisata yang kompetitif dan memengaruhi organisasi pengelola destinasi pariwisata?
- Bagaimana seharusnya organisasi pengelola destinasi pariwisata mengubah pendekatan pemasarannya sehingga dapat beradaptasi dengan tren tersebut?
Setelah lingkungan eksternal makro dicermati, selanjutnya destinasi pariwisata harus melakukan analisis terhadap situasi atau keadaan di destinasi pariwisatanya, sehingga terlihat jelas posisi destinasi pariwisata di dalam lingkungannya.
Analisis situasi dilakukan terhadap lingkungan internal destinasi pariwisata dan lingkungan eksternal mikro destinasi pariwisata. Menurut Morrison dkk. (2017) situasi yang harus dianalisis adalah:
- Analisis produk/pengembangan produk wisata: Penilaian yang cermat tentang kekuatan dan kelemahan dari destinasi pariwisata. Idealnya, penilaian tersebut berdasarkan masukan dari berbagai sumber, baik dari dalam maupun dari luar daerah.
- Analisis kompetitif: Evaluasi jumlah pesaing utama destinasi pariwisata dibagi dengan target pasar.
- Analisis pasar pengunjung (yang ada dan yang potensial): Penelitian yang menghasilkan profil rinci dari pengunjung sebuah destinasi pariwisata.
- Analisis citra destinasi pariwisata/posisi pemasaran: Memberikan pemahaman tentang citra destinasi pariwisata atau posisi di benak massa dan pengunjung potensial.
- Analisis rencana pemasaran: Penilaian objektif rencana pemasaran dari organisasi pengelola destinasi
- Analisis warga masyarakat: Penelitian tentang sikap atau sentimen penduduk lokal tentang pariwisata pada komunitas mereka.
2. Lakukan Riset Pasar dan Pemasaran
Riset pasar adalah penelitian yang dilakukan pada pasar yang ada atau berpotensi, misalnya studi profil pengunjung, analisis sentimen, citra destinasi dll..
Riset pemasaran adalah penelitian tentang kegiatan atau program pemasaran destinasi pariwisata, misalnya pengukuran kinerja pemasaran. Destinasi pariwisata harus melakukan kedua jenis riset ini. Organisasi pengelola destinasi pariwisata pun harus melakukan kedua penelitian sekunder dan primer selama menganalisa situasi.
Riset pasar dan pemasaran pariwisata diperlukan untuk memahami lingkungan internal dan eksternal pemasaran destinasi pariwisata agar dapat memperoleh informasi yang benar yang akan berguna untuk membuat keputusan strategis yang tepat. Aadapun cara melakukan riset pasar dan pemasaran dapat dipelajari dalam artikel lain yang saya yang tulis dengan judul riset pasar dan pemasaran pariwisata di link ini.
3. Formulasikan Keunikan Destinasi Pariwisata Secara Emosional atau Unique Emotional Propositions (UEPs)
UEPs atau keunikan destinasi yang menjual atau komersil secara emosional adalah fitur yang membuat sebuah destinasi pariwisata berbeda dibandingkan dengan para pesaing dari sisi perasaan target pasar (afektif).
Menurut Hidayah (2021) UEPs harus memenuhi kriteria berikut:
- Valuable & Emotional: Berharga untuk pengunjung (tidak hanya berbeda, tetapi harus bernilai dimata pengunjung secara emosional/perasaan).
- Rare: Langka di antara destinasi wisata pesaing saat ini memiliki potensi dan layak untuk di jual.
- Imperfectly imitable: Tidak mudah ditiru, diduplikasi atau di imitasi.
- Non-substitutable: Tidak ada pengganti strategis yang setara untuk aset dan atau keterampilan.
- Commercial: diminati oleh target pasar atau memiliki nilai jual.
Unique Emotional Proposition (UEPs) adalah Unique Selling Proposition (USPs) yang menawarkan pengalaman secara enosional kepada target pasar, karena hasil penelitian memperlihatkan bahwa alasa emosional lebih berpengaruh terhadap alasan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi pariwisata.
Keunikan destinasi pariwisata dapat diperoleh dari anugrah Allah SWT, dari kebudayaan yang ada di destinasi pariwisata atau kreativitas pengelola destinasi pariwisata dalam menciptakan atraksi-atraksi wisata buatan.
Contoh UEPs: Memberikan pengalaman tak terlupakan bermain bersama predator lautan
4. Lakukan Segmentasi Pasar (Segmenting) dan Tetapkan Target Pasar (Targeting)
Segmentasi pasar merupakan proses yang penting dalam tahap awal merumuskan strategi pemasaran pariwisata. Definisi segmentasi pasar pariwisata adalah proses mengelompokan pasar menjadi kelompok-kelompok pasar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pengelola destinasi pariwisata. Morrison dkk. (2017) membagi beberapa kriteria untuk melakukan segmentasi pasar pariwisata yaitu:
- Segmentasi pasar berdasarkan tujuan wisata adalah proses pengelompokan pasar berdasarkan tujuan utama pengunjung untuk bepergian. Terdapat empat kelompok utama dalam segmen ini yaitu: 1) bisnis dan bisnis event; 2) liburan, atau rekreasi; 3) mengunjungi teman dan kerabat (VFR); dan 4) pribadi. Jenis segmentasi ini sering digunakan dalam pariwisata karena diasumsikan bahwa orang dengan tujuan perjalanan wisata yang berbeda memiliki kebutuhan, keinginan, tuntutan, dan harapan yang unik. Setiap negara memiliki wisatawan domestik, inbound, maupun outbound.
- Segmentasi pasar bersumber geografis adalah segmentasi pasar bersumber geografis yaitu mengidentifikasi dan menggambarkan wisatawan berdasarkan tempat tinggal atau daerah penghasil pengunjung. Segmentasi pasar bersumber geografis sangat populer dalam pemasaran pariwisata karena sederhana untuk diterapkan, dan wilayah geografis memiliki definisi yang jelas dan diterima secara luas. Pengukuran pasar ini sangat mudah dan pasar telah dikaitkan dengan statistik demografi, sosial ekonomi, dan pariwisata. Contohnya berdasarkan kabupaten/kota, provisnsi, negara, regional, dll.
- Segmentasi pasar demografis dan sosial ekonomi adalah proses pengelompokan pasar berdasarkan pada statistik penduduk dan status sosial ekonomi seseorang seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau etnis, penggunaan bahasa, agama, kelas sosial, karakteristik rumah tangga, status kepemilikan rumah dan mobil, status pekerjaan, berkebutuhan khusus, dan lain-lain. Statistik demografis dan sosial ekonomi biasanya tersedia dari biro statistik resmi di setiap negara dan dikumpulkan melalui sensus nasional, kalau di Indonesia biasanya dari BPS.
- Segmentasi pasar psikografis adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok berdasarkan orientasi, sikap, minat dan aktivitas psikologis mereka. Segmentasi pasar psikografis pariwisata adalah pendekatan yang lebih lanjut dan diduga menjadi prediktor yang lebih baik dari perilaku wisatawan, geografis, tujuan perjalanan dan segmentasi demografis, serta sosial ekonomi. Pendekatan ini juga memiliki kekurangan, yaitu definisi yang seragam dan pendekatan standar. Contoh segmentasi ini yaitu pembagian terhadap wisata minat khusus, atau wisata umum.
- Segmentasi pasar berdasarkan perilaku adalah proses pengelompokan pasar berdasarkan perilaku yaitu pengelompokan wisatawan berdasarkan perilaku pembelian dan perjalanan terdahulu atau niat pembelian perjalanan pada masa mendatang. Beberapa karakteristik perilaku dapat diterapkan termasuk volume, frekuensi penggunaan, status penggunaan, kesempatan penggunaan, loyalitas merek, manfaat yang dicari, lama tinggal, pengeluaran, moda transportasi yang digunakan, tingkat pengeluaran, preferensi pengalaman, dan pola partisipasi aktivitas.
- Segmentasi pasar berbasis produk adalah proses pengelompokan pasar berbasis produk dengan melibatkan penggunaan beberapa aspek dari destinasi atau produk wisata untuk menentukan target pasar. Pendekatan ini sangat umum digunakan dalam pariwisata karena pada dasarnya mencocokkan produk yang tersedia dengan pelanggan potensial mereka. Contohnya antara lain: karang dan bangkai kapal untuk scuba divers dan perenang snorkel, pegunungan bagi pendaki dan hikers, museum bagi wisatawan budaya, Spa untuk wisatawan sadar-kecantikan, dll.
Setelah melakukan segmentasi pasar, tetapkan target pasar yang ingin dibidik dengan kriteri sebagai berikut:
- Segmen yang dibidik harus memiliki ukuran pasar (market size) yang lebih besar dibandingkan dengan segmen yang lain;
- Segmen yang dibidik harus memperlihatkan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan segmen yang lain;
- Segmen yang dibidik harus memiliki tingkat persaingan yang relatif kecil dibandingkan dengan segmen yang lain;
- Segmen yang dibidik harus memiliki kesesuaian dengan penawaran atau produk destinasi pariwisata;
- Segmen yang dibidik harus memiliki biaya yang lebih rendah dalam menjangkaunya dibandingkan dengan segmen yang lain.
5. Tetapkan Positioning yang Mengandung UEPs dan Sarikan kedalam Tagline
Positioning destinasi pariwisata terdiri dari langkah-langkah yang diambil oleh organisasi pengelola destinasi pariwisata bekerja sama dengan para pemangku kepentingan pariwisata untuk mengidentifikasi dan mengomunikasikan citra destinsasi pariwisata yang unik untuk target pasarnya. Positioning destinasi pariwisata adalah cara untuk membuat destinasi pariwisata tersebut unik di antara destinasi pariwisata pesaing dari benak target pasar.
Oleh karena itu, hasil dari positioning adalah citra (Image) yaitu “gambaran mental” dalam pikiran tentang destinasi pariwisata tertentu yang terbentuk dari berbagai sumber informasi.
Jadi positioning destinasi pariwisata sebenarnya arti lain dari pencitraan. Citra sendiri sulit untuk berubah dalam jangka pendek, oleh karena itu pengelola destinasi pariwisata harus serius dalam membangun positioning ini.
Sumber positioning adalah keunikan destinasi pariwisata yang bersumber dari UEPs yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya dengan beberapa pertimbangan lain yang harus dicermati yaitu target segmen, nama brand, kategori produk (frame of reference), dan bukti-bukti keunikan (reason to believe).
Beberapa pertimbangan tersebut dirangkaikan menjadi sebuah paragraf yang disebut dengan positoning statement untuk arahan bagi para pemangku kepentingan internal destinasi pariwisata. Selanjutnya positioning statement tersebut disarikan menjadi tagline yang berupa frase atau kalimat singkat yang mewakili positioning statement agar mudah diingat oleh target pasar.
Contoh Tagline: 100% Pure New Zealand
6. Bangun Brand Destinasi Pariwisata (Destination Branding)
Brand (jenama/merek) adalah jati diri atau identitas yang membuat destinasi pariwisata dapat diidentifikasi secara berbeda dengan destinasi yang lain supaya target pelanggan mudah mengingatnya. Brand destinasi pariwisata harus dibangun agar destinasi pariwisata memiliki keunggulan dari sisi identitas atau biasa disebut dengan competitive identity.
Proses branding destinasi pariwisata bukan hanya sekedar membuat logo, selogan atau tagline. Tetapi memerlukan usaha-usaha seperti tujuan sasaran merek, piramida merek, disain identitas merek, disain arsitektur merek, loyalitas merek, komunikasi merek serta pengukuran kinerjanya. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari dalam artikel saya mengenai destination branding dalam link ini.
Contoh Logo Destinasi Pariwisata
7. Tetapkan Tujuan dan Sasaran Pemasaran Pariwisata
Selanjutnya destinasi pariwisata harus menetapkan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) pemasaran destinasi pariwisata. Tujuan strategi pemasaran pariwisata adalah hasil yang dinginkan dari fungsi pemasaran pariwisata secara jangka panjang (tiga sampai lima tahun).
Sedangkan sasaran pemasaran pariwisata adalah hasil jangka pendek (biasanya dalam waktu satu tahun) yang terukur atau SMART (specific, measurable, achievable, time specific). Sasaran pemasaran pariwisata ini harus relevan dan didasarkan pada tujuan pemasaran atau, cara-cara untuk mencapai tujuan.
Contoh Tujuan Pemasaran: Meningkatkan pengunjung explorer baru
Contoh Sasaran Pemasaran:
- Peningkatan pengunjung explorer sebesar 10% pada tahun xxxx
- Lama menetap 14 hari pada tahun xxx
- Pengeluaran pengunjung sebesar Rp.xxx.xxx.xxx pada tahun xxxx
8. Implementasikan Strategi Pemasaran Pariwisata Kedalam Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran pariwisata (tourism marketing mix) adalah sekumpulan alat (tools) atau taktik pemasaran pariwisata yang saling melengkapi untuk mendukung dan mengimplementasikan proposisi nilai pelanggan (customer value proposition), sehingga strategi pemasaran pariwisata tercapai secara efektif dan efisien yang akan berdampak terhadap peningkatan keunggulan bersaing (competitive advantage) destinasi pariwisata. Dalam berbagai literatur, terdapat konsep bauran pemasaran yang dapat digunakan oleh destinasi pariwisata. Salah satunya dapat menggunakan bauran pemasaran pariwisata yang saya adopsi yaitu 4 CS (customer solution, communication, convenience, dan customer cost.
Jadi, target pasar yang telah ditetapkan, positioning yang telah dirumuskan, dan branding yang akan dibangun harus di implementasikan melalui bauran pemasaran pariwisata tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai bauran pemasaran pariwisata dapat dipelajari dalam artikel saya mengenai bauran pemasaran pariwisata dalam link ini.
9. Koordinasikan dan Kolabor-aksikan dengan Seluruh Pemangku Kepentingan Destinasi Pariwisata
Semua strategi pemasaran pariwisata yang telah diformulasikan di atas, selanjutnya harus dikoordinasikan dan dikolabor-aksikan dengan seluruh pemangku kepentingan destinasi pariwisata. Karena strategi pemasaran pariwisata tidak bisa dilakukan sendiri oleh pengelola destinasi pariwisata, tetapi harus dikeroyok oleh seluruh stakeholder pariwisata yang ada.
Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan pada saat penyusunan strategi dan sosialisasi setelah strategi ditetapkan serta dikolabor-aksikan pada tahap implementasi.
10. Pantau dan Evaluasi Strategi Pemasaran Pariwisata Yang Diimplementasikan
Strategi pemasaran pariwisata yang di implementasikan harus selalu di kontrol dan di evaluasi, agar dapat diketahui tingkat keberhasilannya dan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan kedepannya. Inti dari kegiatan evaluasi adalah bagaimana organisasi pengelola destinasi pariwisata membandingkan antara rencana atau target dengan implementasi, serta mengukur produktivitas kegiatan.
Pada dasarnya, proses pengontrolan dan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan karena hasil pengontrolan merupakan basis informasi terhadap kegiatan evaluasi. Alat evalusi strategi pemasaran pariwisata yaitu membandingkan implementasi atau realisasi pencapaian dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Alat yang dapat digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan kinerja strategi pemasaran pariwisata salah satunya adalah dengan menetapkan Key Performance Indicators (KPIs).
Contoh KPIs Strategi Pemasaran Pariwisata:
- Visitors Spending Ratio (VSR): yaitu rasio perbandingan antara total anggaran pemasaran dengan total pengeluaran pengunjung
VSR = Total Anggaran Pemasaran per periode/Total Pengeluaran Pengunjung per Periode
- Marketing ROI: yaitu tingkat pengembalian beban biaya pemasaran
ROI = (Pertumbuhan Pengeluaran Pengunjung – Total Anggaran Pemasaran)/Total Anggaran Pemasaran
Wallahu a’lam bishawab.
Referensi:
Hidayah, Nurdin (2021). Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital: Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Jakarta: Kreasi Cendekia Pustaka
Morrison, A. H., Hidayah, N., Safitri G. (2017). Handbook Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata. Bandung: Center for Tourism Destination Study (CTDS) Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Morrison, A. M. (2013). Marketing & Managing Tourism Destinations. Abingdon: Routledge