Filsafat Ilmu Pariwisata: Definisi & Pendekatan

Filsafat Ilmu Pariwisata: Definisi & Pendekatan

lmu pariwisata adalah sebuah disiplin yang semakin berkembang dan kompleks seiring perkembangan industri pariwisata yang pesat di seluruh dunia. Pariwisata melibatkan berbagai aspek, seperti budaya, ekonomi, lingkungan, dan sosial. Untuk memahami landasan dan kerangka konseptual di balik ilmu pariwisata, kita perlu mengkajinya melalui filsafat ilmu pariwisata.

Selain penjelasan mengenai filsafat ilmu pariwisata, dalam artikel ini juga akan dijelaskan mengenai pendekatan ilmu pariwisata dari sudut pandang intradisiplin, transdisiplin, dan tourismology dalam konteks pengembangan ilmu pariwisata yang lebih holistik.

Pengertian Filsafat Ilmu Pariwisata

Filsafat ilmu pariwisata adalah suatu pendekatan pemikiran yang berusaha untuk memahami, menganalisis, dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan mendasar serta konsep-konsep dasar yang mendasari ilmu pariwisata sebagai suatu disiplin ilmu. Ini melibatkan pemikiran kritis, refleksi, dan pengajuan pertanyaan filosofis tentang realitas, cakupan, tujuan, metodologi, serta nilai guna dari ilmu pariwisata.

Filsafat ilmu pariwisata adalah cabang filsafat yang khusus membahas pertanyaan-pertanyaan konseptual secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang muncul dalam kajian ilmu pariwisata. Ini melibatkan refleksi mendalam tentang hakikat, tujuan, dan nilai-nilai yang mendasari ilmu pariwisata sebagai bidang studi.

Filsafat ilmu pariwisata dapat membantu dalam mengeksplorasi dasar-dasar pemikiran dan konsep-konsep yang mendasari ilmu pariwisata, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mungkin terkandung melalui pendekatan yang ilmiah. Ini dapat membantu para akademisi, praktisi, dan pengambil kebijakan untuk lebih memahami esensi dan kerangka kerja intelektual di balik ilmu pariwisata, sehingga dapat mengembangkan pendekatan yang lebih berkelanjutan, etis, dan efektif dalam industri ini.

Ontologi dalam Filsafat Ilmu Pariwisata

Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas sifat dan eksistensi realitas. Dalam konteks filsafat ilmu pariwisata, ontologi membahas apakah pariwisata itu sendiri merupakan realitas yang independen atau konstruksi sosial.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul:

Apakah Ilmu Pariwisata Merupakan Realitas Independen atau Konstruksi Sosial?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa mengambil contoh destinasi pariwisata terkenal seperti Angkor Wat di Kamboja. Apakah Angkor Wat sebagai destinasi pariwisata merupakan realitas yang ada secara independen, atau hanya merupakan konstruksi sosial yang muncul dari pandangan wisatawan, arkeolog, atau promosi pariwisata?

Angkor Wat adalah kuil Hindu abad ke-12 yang memiliki sejarah dan signifikansi budaya yang jelas. Namun, pengalaman berwisata, interpretasi arkeolog, dan promosi pariwisata dapat menciptakan dimensi lain dari realitas Angkor Wat. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai realitas sejati dari destinasi pariwisata ini.

Apakah Fenomena Pariwisata Memiliki Eksistensi Baku?

Pertanyaan ini dapat diterapkan pada fenomena pariwisata seperti festival musik. Sebagai contoh, pertimbangkan Festival Musik Woodstock di Amerika Serikat. Apakah festival ini memiliki eksistensi baku sebagai fenomena pariwisata, atau apakah definisinya tergantung pada pandangan masyarakat dan pengalaman individu yang menghadirinya? Apakah festival musik seperti Woodstock dapat diukur dengan parameter yang tetap, ataukah ia lebih merupakan konstruksi sosial yang berubah seiring waktu?

Epistemologi dalam Filsafat Ilmu Pariwisata

Epistemologi membahas sumber-sumber pengetahuan dan metode yang digunakan untuk memahami fenomena. Dalam konteks filsafat ilmu pariwisata, epistemologi membahas bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan tentang pariwisata dan apakah pengetahuan tersebut bersifat subjektif atau objektif.

Bagaimana Kita Memperoleh Ilmu Pengetahuan tentang Pariwisata?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari pertimbangkan studi tentang pengalaman pasca-perjalanan wisata di Paris, Prancis. Penelitian semacam ini dapat melibatkan wawancara, survei, observasi, dan analisis jurnal perjalanan untuk memahami bagaimana wisatawan merespons dan memproses pengalaman mereka setelah berwisata.

Penelitian semacam ini memungkinkan kita memahami berbagai aspek pengalaman wisatawan, mulai dari interaksi dengan budaya lokal hingga persepsi terhadap layanan wisata. Metode penelitian yang digunakan dapat berdampak pada jenis pengetahuan yang dihasilkan.

Apakah Pengetahuan tentang Pariwisata Bersifat Subjektif atau Objektif?

Ulasan wisatawan di media sosial, agregator seperti TripAdvisor atau Traveloka adalah sumber pengetahuan yang penting tentang pengalaman pariwisata. Pertanyaannya adalah sejauh mana pengetahuan ini bersifat subjektif, tergantung pada pandangan individu, atau bersifat objektif, mencerminkan realitas objek pariwisata.

Dalam hal ini, kita dapat mempertimbangkan seberapa objektif dan dapat diandalkan ulasan wisatawan ketika membuat keputusan perjalanan. Sejauh mana ulasan tersebut mencerminkan pengalaman umum atau hanya pandangan individu yang subjektif?

Aksiologi dalam Filsafat Ilmu Pariwisata

Aksiologi dalam filsafat ilmu pariwisata mengacu pada nilai-nilai dan implikasi etis ilmu pariwisata serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan pertimbangan etika, tanggung jawab sosial, dan dampak positif yang dapat dihasilkan oleh ilmu pariwisata terhadap masyarakat dan lingkungan.

Berikut adalah beberapa cara dimana aksiologi ilmu pariwisata mencerminkan kontribusinya terhadap kehidupan sehari-hari:

Pemahaman dan Penghargaan Budaya: Ilmu pariwisata, melalui pendekatan aksiologi, dapat membantu memperluas pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. Wisatawan yang terlibat dalam pengalaman budaya yang dihargai secara etis dapat memperkaya dan meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari mereka dengan memahami, menghormati, dan merayakan perbedaan budaya.

Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Ilmu pariwisata, ketika dielaborasi dalam kerangka etika dan tanggung jawab sosial, dapat berperan dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dapat menciptakan peluang pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, memberikan dampak positif pada kehidupan sehari-hari mereka.

Pelestarian Lingkungan: Aksiologi ilmu pariwisata mendorong praktik pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan pariwisata ramah lingkungan. Ini dapat mencakup pengurangan jejak karbon, pelestarian alam, dan pendekatan berkelanjutan terhadap pengembangan destinasi. Dengan demikian, ilmu pariwisata dapat membantu menjaga kualitas lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam yang memberikan manfaat langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat.

Peningkatan Kualitas Hidup Wisatawan dan Masyarakat Lokal: Ilmu pariwisata yang mempertimbangkan aksiologi dapat memberikan pengalaman wisatawan yang memberikan manfaat bagi kualitas hidup wisatawan serta masyarakat lokal. Ini dapat melibatkan pengembangan layanan wisata yang memenuhi standar etika, keamanan, dan kenyamanan, sehingga memberikan dampak positif pada kehidupan sehari-hari mereka.

Pendidikan dan Pemahaman Antarbudaya: Ilmu pariwisata berperan dalam pendidikan dan pemahaman antarbudaya. Melalui program-program pendidikan pariwisata, wisatawan dan masyarakat lokal dapat terlibat dalam pertukaran budaya yang bermanfaat. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung toleransi, saling pengertian, dan kerjasama antarbudaya di kehidupan sehari-hari.

Kesejahteraan Masyarakat Lokal: Ilmu pariwisata yang memasukkan nilai-nilai aksiologi dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat lokal dengan mendukung inisiatif sosial dan pembangunan komunitas. Program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam industri pariwisata dapat memberikan manfaat langsung pada kesehatan, pendidikan, dan kehidupan masyarakat setempat.

Dengan mengintegrasikan aksiologi dalam ilmu pariwisata, kita dapat memastikan bahwa pengembangan industri ini tidak hanya menghasilkan manfaat ekonomi tetapi juga menghormati nilai-nilai etika, keberlanjutan, dan dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan. Ini menjadikan ilmu pariwisata sebagai kekuatan positif yang dapat memperkaya dan meningkatkan kehidupan sehari-hari secara global.

Pendekatan Pengkajian Ilmu Pariwisata

Secara umum, ilmu pariwisata dapat dikaji melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan intradisiplin, transdisiplin dan disiplin ilmu pariwisata sebagai ilmu yang tersendiri. Berikut penjelasan dari ketiga pendekatan tersebut.

Pendekatan Intradisiplin Ilmu Pariwisata

Pendekatan intradisiplin dalam filsafat ilmu pariwisata merujuk pada pengkajian dan pemahaman fenomena pariwisata dengan memanfaatkan berbagai perspektif, metode, dan konsep yang berasal dari dalam satu disiplin ilmu tertentu.

Dalam hal ini, ilmu pariwisata dikaji melalui kacamata disiplin ilmu yang sama, seperti ilmu manajemen, antropologi, geografi, ekonomi, sosiologi dan lain-lain. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk menjelajahi aspek-aspek khusus pariwisata yang relevan dengan disiplin ilmu tersebut.

Sebagai contoh, jika kita mengadopsi pendekatan intradisiplin dari sudut pandang manajemen, maka kita akan mengkaji aspek manajemen dalam industri pariwisata. Seperti pengkajian terhadap strategi pemasaran pariwisata, manajemen sumber daya manusia dalam pengelolaan destinasi, atau peningkatan efisiensi operasional dalam transportasi pariwisata. Dalam hal ini, pengetahuan dan kerangka kerja yang dikembangkan dalam disiplin manajemen digunakan untuk memahami dan memecahkan masalah yang spesifik dalam ilmu pariwisata.

Ilustrasi pendekatan intradisiplin ini seperti yang dijelaskan oleh Jafar Jafari dalam gambar berikut ini:

Ilmu Pariwisata Dari Sudut Pandang Intradisiplin

Intradisiplin Ilmu Pariwisata
Source: Jafar Jafari & J. R. B. Ritchi (1981)

Pendekatan intradisiplin memungkinkan penyelidikan yang lebih dalam dalam bidang-bidang ilmu tertentu, memperkaya pemahaman tentang fenomena pariwisata dari perspektif disiplin ilmu yang ada. Hal ini menciptakan kekayaan pengetahuan yang lebih khusus dalam pengembangan ilmu pariwisata dan membantu dalam mengatasi tantangan yang unik dalam industri pariwisata.

Pendekatan Transdisiplin Ilmu Pariwisata

Pendekatan transdisiplin dalam ilmu pariwisata adalah kerangka kerja yang melampaui batasan disiplin ilmu tunggal dan mencakup berbagai disiplin ilmu untuk memahami fenomena pariwisata secara holistik.

Dalam pendekatan ini, ilmu pariwisata dipandang sebagai domain yang melibatkan kontribusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti geografi, sosiologi, ekologi, antropologi, ekonomi, psikologi, budaya dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih komprehensif tentang pariwisata dengan memanfaatkan pengetahuan dan perspektif yang beragam.

Pemahaman ilmu pariwisata dari sudut pandang transdisiplin melibatkan pengakuan bahwa fenomena pariwisata merupakan entitas kompleks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Pemahaman sudut pandang ini seiring dengan perkembangan industri pariwisata, yang memperlihatkan fenomena ini tidak dapat dipahami sepenuhnya melalui satu disiplin ilmu saja (pendekatan intradisiplin). Dalam pendekatan ini dipercayai bahwa untuk mengatasi masalah-masalah dan peluang dalam industri pariwisata memerlukan pendekatan yang lebih holistik.

Tantangan keberlanjutan, dampak sosial, dan kompleksitas sistem pariwisata mendorong perlunya melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam satu kerangka kerja analisis. Sehingga hal ini dapat menciptakan ilmu pariwisata yang didasarkan pada hasil kolaborasi antar disiplin ilmu, dimana keahlian dan metodologi dari berbagai disiplin digunakan untuk mendekati fenomena pariwisata secara menyeluruh.

Ilustrasi pendekatan transdisiplin ini seperti yang dijelaskan oleh J.R. Brent Ritchie, Lorn R. Sheehan dan Seldjan Timur dalam gambar berikut ini:

Ilmu Pariwisata Dari Sudut Pandang Transdisiplin

Transdisiplin Ilmu Pariwisata
Source: J.R. Brent Ritchie, Lorn R. Sheehan dan Seldjan Timur (2008)

Pendekatan Tourismology 

Tourismology adalah pendekatan yang menilai bahwa ilmu pariwisata adalah disiplin ilmu yang tersendiri. Hal ini merujuk pada pengakuan bahwa ilmu pariwisata adalah disiplin ilmu yang memiliki kerangka kerja teoritis, metodologis, dan wilayah studi yang unik dan independen. Ini berarti bahwa ilmu pariwisata tidak hanya merupakan kumpulan konsep dan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu lain, tetapi juga memiliki identitas dan kontribusi khasnya dalam pemahaman dan pengembangan fenomena kepariwisataan.

Tourismology mengembangkan teori-teori khusus yang berfokus pada fenomena kepariwisataan. Ini mencakup teori-teori tentang  perjalanan wisata, hospitaliti, atraksi  wisata, event dan lain-lain. Teori-teori ini dirancang untuk menjelaskan karakteristik dan dinamika unik dalam industri pariwisata.

Bidang Ilmu Pariwisata

Body of knowledge tourism study
Source: Morrison (2019)

Secara epistimologi, tourismology mengembangkan metodologi penelitian yang sesuai dengan karakteristik pariwisata. Metode penelitian seperti survei wisatawan, analisis destinasi pariwisata, dan pengukuran pengalaman wisatawan merupakan contoh pendekatan penelitian yang khas dalam ilmu pariwisata.

Tourismology telah diterima oleh komunitas ilmiah dan mendapatkan tempatnya di dalam jurnal-jurnal akademik dan konferensi-konferensi ilmiah. Ini adalah bukti pengakuan bahwa ilmu pariwisata sebagai ilmu yang independen merupakan disiplin ilmu yang sah dan relevan.

Dengan demikian, dalam pendekatan tourismology atau ilmu pariwisata sebagai ilmu tersendiri dan mandiri menunjukkan bahwa industri pariwisata tidak hanya merupakan subyek kajian lintas disiplin ilmu, tetapi juga merupakan sebuah disiplin ilmu yang unik dan memiliki kontribusi yang berharga dalam pengembangan industri dan pemahaman tentang fenomena pariwisata secara keseluruhan. Ini memberikan fondasi kuat untuk pemahaman mendalam dan pendekatan yang terkendali terhadap industri pariwisata.

Kesimpulan

Filsafat ilmu pariwisata adalah landasan penting untuk memahami dasar-dasar ilmu pariwisata. Melalui pemahaman ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam ilmu pariwisata, serta penggunaan pendekatan intradisiplin, transdisiplin, dan tourismology, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena pariwisata.

Dengan demikian, kita dapat menghadapi tantangan dan peluang yang ada dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. Dengan berbagai konsep dan pendekatan yang telah dibahas dalam artikel ini, ilmu pariwisata dapat terus berkembang dan berkontribusi pada perkembangan dunia pariwisata yang semakin kompleks.

Referensi

Jafari, J., & Ritchie, J. B. (1981). Toward a framework for tourism education: Problems and prospects. Annals of tourism research, 8(1), 13-34.

Morrison, A. M. (2019). Marketing and managing tourism destinations 2nd ed. Routledge.

Ritchie, J. R., Sheehan, L. R., & Timur, S. (2008). Tourism sciences or tourism studies? Implications for the design and content of tourism programming. Téoros. Revue de recherche en tourisme, 27(27-1), 33-41.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.