Seperti yang sedang kita rasakan sekarang ini, industri pariwisata sedang terpukul sangat hebat oleh dampak dari pandemi COVID-19. Pandemi ini sangat cepat merobohkan kekuatan industri pariwisata seperti halnya seorang petinju yang sedang menerima pukulan bertubi-tubi dari lawannya. Kalau diibaratkan ronde dalam tinju, akan berakhir dalam berapa ronde luluh-lantahnya industri pariwisata ini, kalaupun sudah terpukul KO, dalam hitungan ke berapa industri ini akan kembali lagi berdiri? Itulah kira-kira kenapa para insan pariwisata perlu mencermati kapan industri pariwisata indonesia akan pulih.
Oke, sebelum membahas inti dari pertanyaan di atas, kita cermati terlebih dahulu isu-isu mengenai COVID-19 terhadap dunia pariwisata. Pada tingkat global, sebenarnya pukulan hebat dari COVID-19 ini telah menyebabkan protokol kesehatan diberbagai negara diperketat seperti pembatasan perjalanan, penutupan destinasi wisata, kebijakan lockdown, penutupan bandara-bandara, penutupan perbatasan nasional, dll. Dan dampak dari kebijakan tersebut, mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan diberbagai negara otomatis menurun secara drastis.
Data terakhir yang diliris oleh UNWTO pada akhir bulan Maret 2020, telah terjadi penurunan kunjungan wisatawan di dunia sebesar 57% atau terjadi penurunan sekitar 60 juta kunjungan internasional jika dibandingkan dengan kinerja Q1 pada tahun sebelumnya. UNWTO juga melaporkan bahwa pada Q1-2020, Asia-Pasifik merupakan wilayah yang sangat terdampak oleh COVID-19 ini, yaitu dengan mengalami penurunan kunjungan wisatawan sebesar 35% lalu diikuti oleh Negara-negara Eropa dengan penurunan 19%, Amerika (-15%), Afrika (-12%) dan Timur Tengah (-11%).
Prediksi para ahli di UNWTO, penurunan kunjungan akan terus berlanjut dikisaran 58% s.d. 78% tergantung dari dimulainya relaksasi atau pelonggaran protokol kesehatan yang dilakukan oleh Negara-negara di dunia seperti pembukaan destinasi yang sebelumnnya ditutup, pembukaan perbatasan negara, pencabutan pembatasan perjalanan serta unsur aksesibilitas lainnya.
Terdapat tiga skenario yang dimunculkan oleh UNWTO jika relaksasi atau pelonggaran tersebut dilakukan oleh Negara-negara di dunia seperti dalam infografik berikut ini:
Skenario Pariwisata Internasional 2020
Dari grafik tersebut bisa kita lihat bahwa jika relaksasi dimulai pada bulan Juli 2020, maka penurunan kunjungan akan di tingkat 58%, jika dimulai pada bulan September, penurunan kunjungan akan ditingkat 70% dan jika dimulai pada bulan Desember, maka penurunan kunjungan akan ditingkat 78% pada Q4 2020. Jikalau ketiga skenario tersebut benar, maka menurut Expert Panel UNWTO industri pariwisata diprediksi akan pulih paling cepat pada Q4-2021.
Prediksi UNWTO tersebut memperlihatkan bahwa industri pariwisata akan mulai menggeliat kurang lebih 6 (enam) bulan setelah pembukaan perbatasan dan pencabutan pembatasan perjalanan mulai diberlakukan oleh Negara-negara yang terdampak, namun kalau menurut World Economic Forum (WEF) industri ini akan pulih setidaknya menghabiskan waktu sekitar 10 (sepuluh) bulan. Jika kita menggunakan logika berfikir deduktif atas prediksi-prediksi tersebut maka industri pariwisata Indonesia pun akan mulai pulih 6 – 10 bulan semenjak pembatasan perjalanan dilonggarkan.
Tetapi, logika berfikir deduktif tersebut belum cukup untuk menjawab pertanyaan kapan industri pariwisata Indonesia akan pulih, karena prediksi dari UNWTO & WEF jika kita terima, maka akan menjadi jawaban sebatas hipotesa belaka yang harus diuji lebih lanjut kebenarannya dengan menggunakan logika berfikir induktif pada kasus Indonesia secara khusus.
Oke, coba kita renungkan terlebih dahulu apakah skenario dari UNWTO tersebut akan sama konteksnya dengan kasus kepariwisataan di Indonesia? kalau menurut saya jawabannya adalah tergantung dari berbagai faktor, dan salah tiganya yaitu: kapan tepatnya wabah COVID-19 di Indonesia itu akan berakhir; seberapa parah dampaknya terhadap para pelaku bisnis pariwisata di destinasi; dan seberapa siap disposable income di generating area (baca: tourism system)
Kalau kita melihat hasil prediksi dari beberapa lembaga penelitian dan para ahli di Indonesia, terdapat perbedaan kapan wabah COVID-19 ini akan berakhir, namun dari perbedaan hasil prediksi tersebut terdapat kesimpulan yang sama, yaitu akan berakhir pada akhir tahun 2020 ini. Jika prediksi tersebut benar, tentunya kalau kita kembalikan ke skenario dari UNWTO dan WEF di atas maka kurang lebih 6 (enam) sampai 10 (sepuluh) bulan setelahnya atau paling lambat di akhir tahun 2021 maka industri pariwisata di Indonesia akan mulai pulih.
Tetapi jika kita cermati dari data yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, sampai akhir bulan Mei 2020 ini grafik penularan masih tinggi, saya belum melihat ada tanda-tanda grafiknya mulai stagnan atau bahkan melandai. Sehingga sebenarnya saya pesimis kalau wabah ini akan berakhir di tahun 2020, apalagi kalau timing kebijakan relaksasi dan pelonggaran dari pemerintah kurang tepat, alih-alih industri pariwisata akan terpulihkan, yang ada malah second wave COVID-19 yang terjadi.
Selain itu, unsur ketidakdisiplinan masyarakat dan ketidakpatuhan dari pelaku usaha, baik UMKM maupun yang lebih besar juga menambah rasa pesimis saya, ditambah dengan kapasitas dan kecepatan test COVID-19 di Indonesia yang menurut saya masih belum memadai. Karena menurut logika saya yang awam mengenai Epidemologi, kapasitas dan kecepatan test memiliki korelasi dengan kecepatan penularan COVID-19 ini, yang artinya semakin kecil kapasitas test maka akan semakin cepat tingkat penularannya karena akan semakin banyak orang yang tidak terdeteksi dan akibatnya akan semakin lama penanganannya.
Nah, jika wabah di Indonesia ini akan berlangsung lebih lama dari skenario UNWTO dan WEF, maka para pelaku usaha pariwisata di Indonesia akan semakin terpuruk dan akan semakin meningkatkan tingkat keparahan (severity) dari dampak COVID-19 ini, yang artinya industri ini akan lebih lama lagi pulihnya, ditambah lagi dengan karakteristik dari industri ini yang relatif padat modal dan sangat slow yielding.
Selain itu, kecepatan pemulihan industri pariwisata Indonesia akibat COVID-19 ini juga tergantung dari travel readiness seperti tingkat ekonomi asal wisatawan di generating area, contohnya kesiapan disposable income dari mereka. Namun jika market dari generating area itu terpuruk juga akibat COVID-19 ini, maka available market akan berkurang yang akan berperan juga dalam memperlambat pemulihan industri pariwisata di Indonesia dan dunia.
Jadi, kapan industri pariwisata Indonesia akan pulih? ya wallahualam, mudah-mudahan saja kekhawatiran saya tersebut tidak akan terjadi, yang terpenting kita harus terus berdoa dan sebisa mungkin ikut terlibat dalam memutuskan mata rantai penyebaran wabah ini, minimal dengan menjaga diri sendiri agar tidak tertular dan juga tidak menularkannya kepada orang lain, seperti dalam salah satu jargon pariwisata yaitu think globally & act locally.
Wassalam.