Sistem Kepariwisataan (Tourism System): Definisi, Konsep, Filosofi

Sistem Kepariwisataan (Tourism System): Definisi, Konsep, Filosofi

Kepariwisataan (tourism) merupakan suatu konsep yang kompleks dan membutuhkan keterlibatan antar sektor atau lingkungan usaha yang lain (seperti: agro, pertambangan, manufaktur, konstruksi, perdagangan, keuangan, jasa umum, dll.) serta keterlibatan antar dimensi (seperti: spasial, bisnis, akademis, sosial budaya, ekonomi dll.). Bermacam keterlibatan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang sistem, yang biasa disebut dengan sistem kepariwisataan (tourism system).

Definisi Sistem Kepariwisataan 

Sistem kepariwisataan adalah pendekatan konseptual yang dapat membantu mengidentifikasi komponen-komponen dan unsur-unsur dinamika kepariwisataan yang saling terkait yang tercipta dikarenakan adanya pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan wisata atau destinasi pariwisata untuk melakukan kegiatan pariwisata.

Sistem kepariwisatan merupakan suatu sistem yang bersifat terbuka (open system) karena sifat atau karakteristiknya yang multi sektor dan multi dimensi. Adapun model sistem kepariwisataan yang paling sederhana dan paling mudah dipahami adalah model Leiper. Dengan kesederhanaannya, model sistem kepariwisataan dari Leiper ini telah banyak disitasi dalam karya ilmiah dan sering diajarkan dalam lembaga kursus, sekolah-sekolah, universitas, dan perguruan tinggi terkait pariwisata.

Model Leiper Ini memberikan ilustrasi yang sangat baik tentang bagaimana banyak komponen sektor pariwisata berfungsi secara keseluruhan daripada secara terpisah. Namun banyak kompleksitas industri dan hubungannya dengan bisnis terkait tidak dipertimbangkan. Kesederhanaan model Leiper tersebut membuat peluang multi interpretasi, yang mungkin mengarah pada berbagai interpretasi dari individu yang berbeda, seperti yang dimaksud dengan istilah “wilayah”, apakah itu kawasan?, daerah administrasi? atau yang lainnya.

Berikut adalah gambar dari sistem kepariwisataan yang diadopsi oleh Leiper dan dimodifikasi oleh Morrison dkk dalam Hanbook Pengantar Pengelolaan Destinasi Pariwisata (2017) yang dikeluarkan oleh Center for Tourism Destination Study (CTDS) Sekolah Tinggi pariwisata Bandung yang sekarang bernama Politeknik Pariwisata NHI Bandung.

Model Sistem Kepariwisataan

Sistem Kepariwisataan
Sumber: Hanbook Pengantar Pengelolaan Destinasi Pariwisata (2017) dalam Hidayah (2021)

Model Leiper tersebut pada intinya menjelaskan bahwa sistem kepariwisataan adalah suatu sistem yang terbuka, yang terdiri dari empat komponen utama yang didalamnya terdapat beberapa unsur yang saling terkait: pertama adalah komponen manusia (human component) dengan unsur pengunjung; kedua adalah komponen industri (industrial component) yang terdiri dari unsur organisasi dan industri; ketiga adalah komponen spasial atau geografis (geographic component) yang terdiri dari unsur wilayah penghasil pelaku wisata, tempat atau rute transit dan tempat tujuan wisata; ke-empat elemen lingkungan (environment component) terdiri dari hukum, ekonomi, lingkungan, politik, teknologi, dan sosial.

Komponen Geografis Sistem Kepariwisataan

Tourist Generating Area (TGA) yaitu wilayah dimana para pelaku wisata berada. Terminologi tourist disini menurut saya belum tepat dalam wilayah ini, karena pelaku wisata menurut saya tidak hanya tourist (wisatawan) tetapi ada yang disebut dengan excursionist (pelancong). Sehingga menurut saya lebih tepat dinamakan dengan wilayah penghasil pengunjung atau Visitor Generating Area (VGA), karena terdapat perbedaan antara wisatawan dan pelancong.

Perbedaan wisatawan dengan pelancong adalah bahwa wisatawan merupakan tipe pengunjung yang membutuhkan akomodasi karena biasanya bermalam atau melakukan perjalanan > 24 jam, dan pelancong merupakan tipe pengunjung yang tidak bermalam atau sering disebut dengan day tripper karena perjalanannya biasanya kurang dari 24 jam.

VGA merupakan wilayah penghasil pengunjung yang memiliki permintaan (demand) akan kegiatan pariwisata. Di wilayah ini sudah terdapat jasa pariwisata dan perjalanan (travel & tourism services) yang bertindak sebagai penyedia jasa kepada pelaku wisata untuk membantu melaksanakan kegiatan pariwisatanya.

Tourist Receiving Area (TRA) atau lebih tepatnya disebut sebagai wilayah penerima pengunjung (Visitor Receiving Area/VRA) merupakan tempat tujuan wisata atau biasa disebut dengan destinasi pariwisata, dimana tempat tersebut merupakan kegiatan wisata dilakukan oleh pelaku wisata/pengunjung.

Batas VRA dapat dianggap sebagai kawasan perjalanan dari daerah pengunjung melakukan aktivitas pariwisata yang mencakup tempat-tempat yang biasanya didatangi oleh pengunjung.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa akomodasi atau tempat tempat wisatawan bermalam merupakan pusat dari VRA. Di wilayah ini terdapat daya tarik wisata, berbagai sarana penunjang kegiatan wisata dan prasarana yang disediakan oleh masyarakat, swasta atau pemerintah.

Transit Route Region (TRG) adalah rute antara yang memiliki batasan sebagai tempat dimana pengunjung telah meninggalkan daerah asal tetapi belum mencapai tempat tujuan wisata atau biasa disebut sebagai area transit. Ini merupakan zona antara sebelum aktivitas wisata utama terjadi, dalam hal ini terdapat beberapa tempat/daerah yang memilih untuk berperan sebagai daerah transit menuju destinasi pariwisata.

Komponen Industri

Tourism Industries merupakan keseluruhan usaha yang langsung terlibat dalam menyediakan barang atau jasa untuk memfasilitasi kegiatan pengunjung saat berada diluar dari tempat asalnya.

Komponen industri mengacu pada usaha atau bisnis yang menyediakan produk terkait kegiatan pariwisata yang dibutuhkan oleh pengunjung. Usaha-usaha pariwisata ini berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para pengunjung. Mereka menyediakan barang dan jasa lengkap kepada para pengunjung melalui atraksi, akomodasi, aksesibilitas dan fasilitas-fasilitas pariwisata lainnya.

Komponen industri ini terdiri dari banyak perusahaan kecil, menengah (UMKM) dan besar, yang menyediakan tempat untuk kegiatan wisata dan jasa kepada pengunjung sesuai dengan target pasarnya.

Industri pariwisata tidak dapat berdiri sendiri namun terdiri dari berbagai campuran banyak industri yang saling melengkapi menjadi suatu paket produk wisata.

Berikut adalah industri-industri yang terkait dengan industri pariwisata:

  • Industri Atraksi Wisata dan Daya Tarik Wisata
  • Industri Akomodasi
  • Industri Transportasi
  • Industri Hiburan
  • Industri Perjalanan Wisata
  • Industri Makan & Minum
  • Industri Ritel
  • Industri Perbelanjaan
  • dll.

Industri-industri ini terletak di tempat yang berbeda, ada yang di daerah penghasil wisatawan atau pengunjung, ada yang di area transit dan ada juga yang berada di daerah tujuan wisata (destinasi wisata).

Komponen Lingkungan

Komponen terakhir dalam model sistem kepariwisataan Leiper adalah komponen lingkungan yang melingkupi ketiga wilayah geografis tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepariwisataan adalah sistem terbuka dan berinteraksi dengan lingkungan eksternal.

Lingkungan eksternal adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi sistem kepariwisataan dan sebaliknya. Kekuatan-kekuatan ini dapat menimbulkan pengaruh positif atau negatif pada sistem kepariwisataan.

Komponen lingkungan eksternal (external environment) terdiri dari faktor ekonomi, sosial, politik, hukum, teknologi dan lingkungan alam merupakan faktor eksternal makro yang mempengaruhi keberlangsungan semua komponen dari sistem kepariwisataan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Wallahu A’lam Bishawab.

Artikel ini terdapat juga dalam buku saya yang berjudul Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital: Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Oleh karena itu jika ingin lebih mendalami lagi mengenai pemasaran destinasi pariwisata, silahkan bisa dipelajari dari buku tersebut.

Referensi

Hidayah, Nurdin (2021). Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital: Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Jakarta: Kreasi Cendekia Pustaka

Morrison, Alastair M., E. Pramita Marsongko dan Dicky Arsyul Salam. (2017). Hanbook Pengantar Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Bandung: Center for Tourism Destination Studies (CTDS).

Morrison, Alastair M., Nurdin Hidayah dan Girda Safitri. (2017). Hanbook Pemasaran Destinasi Pariwisata. Bandung: Center for Tourism Destination Studies (CTDS).

 

 

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.