Fenomena Disrupsi
Akhir-akhir ini mungkin para pengusaha sedang dihebohkan dengan situasi disrupsi yang sedang melanda dunia usaha. Bagi sebagian kalangan hal ini dianggap sebagai suatu peluang, tapi bagi kalangan yang lain ada yang menganggap ini menjadi ancaman dan bahkan menjadi awal dari kebangkrutan yang tidak diinginkan. Sebegitu seramkan fenomena disrupsi ini? ya sudah jelas seram lah, karena disrupsi ini dapat membuat raksasa yang sedang asik main dapat terjungkir bahkan koprol, hehehe. Oleh karena itu saya ingin berbagi pengetahuan mengenai cara menghadapi era disrupsi ini.
Ok, sebelum saya bahas lebih lanjut, mungkin saya akan jelaskan terlebih dahulu apa itu yang disebut dengan disrupsi, karena mungkin tidak semua orang baik dikalangan praktisi maupun akademisi sudah mengetahui akan istilah ini atau bahkan banyak juga yang masih gagal paham, hehe. Kata disrupsi atau dalam bahasa inggris disebut dengan disruption pertama kali saya dengar dari pakar manajemen dan bisnis yaitu Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Disruption.
Dalam dunia bisnis, tak terkecuali bisnis pariwisata, kata disrupsi adalah fenomena yang terjadi yang diakibatkan oleh perubahan model bisnis lama kedalam model bisnis baru yang dapat merubah tatanan bisnis mulai dari upstream sampai downstream-nya, mulai dari proses bisnis internal sampai eksternalitasnya. Efek disrupsi ini menjadikan yang dulunya market leader dalam model bisnis yang lama, menjadi tergerus dengan pemain baru yang menggunakan model bisnis baru yang tentunya lebih efektif dan efisien. Kalau diilustrasikan, disrupsi ini seperti tornado yang menyambar pohon besar yang sedang berdiri kokoh.
Disrupsi Pada Industri Pariwisata
Jadi dapat disimpulkan bahwa disrupsi adalah proses perubahan yang signifikan dalam industri atau pasar yang diakibatkan oleh inovasi atau teknologi baru. Disrupsi dapat mengubah cara kerja, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan peluang baru, tetapi juga dapat mengancam perusahaan atau industri yang sudah ada.
Dalam industri pariwisata, disrupsi dapat terjadi dalam berbagai aspek, seperti pemesanan akomodasi, transportasi, dan layanan pariwisata lainnya. Disrupsi dapat mengubah cara wisatawan melakukan perjalanan, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan peluang baru untuk bisnis pariwisata.
Berikut beberapa contoh disrupsi dalam industri pariwisata adalah:
- Pemesanan online: Teknologi pemesanan online seperti Airbnb dan Booking.com telah mengubah cara wisatawan melakukan pemesanan akomodasi, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan peluang baru bagi perusahaan pariwisata.
- Transportasi alternatif: Disrupsi transportasi seperti Uber dan Grab telah mengubah cara wisatawan melakukan perjalanan, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan peluang baru bagi bisnis pariwisata.
- Virtual dan augmented reality: teknologi ini telah digunakan dalam industri pariwisata untuk memberikan pengalaman virtual dari suatu destinasi sebelum benar-benar pergi ke sana, atau memberikan pengalaman yang berbeda dari yang sebenarnya. Sekarang teknologi tersebut di integrasikan menjadi meteverse.
- Drones dan teknologi fotografi: Drones dan teknologi fotografi canggih telah digunakan untuk meningkatkan pengalaman wisatawan dengan menyediakan gambar dan video yang lebih baik dari destinasi pariwisata.
- Aplikasi mobile: Aplikasi mobile yang menyediakan informasi tentang transportasi, akomodasi, dan tempat wisata dapat meningkatkan efisiensi dan menciptakan peluang baru bagi bisnis pariwisata.
Secara keseluruhan, disrupsi adalah proses perubahan yang signifikan dalam industri atau pasar yang diakibatkan oleh inovasi atau teknologi baru. Disrupsi dapat mengubah cara kerja, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan peluang baru dalam industri pariwisata, tetapi juga dapat mengancam perusahaan atau industri yang lainnya.
Hal Penting Dalam Disrupsi
Rhenald Kasali dalam Kompas.Com mengungkapkan bahwa terdapat 5 (lima) hal penting dalam disrupsi yaitu:
- Disrupsi berakibat terhadap penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih simpel.
- Disrupsi membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya. Kalau lebih buruk, jelas itu bukan disrupsi. Lagipula siapa yang mau memakai produk/jasa yang kualitasnya lebih buruk?
- Disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
- Produk/jasa hasil disrupsi ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya. Seperti juga layanan ojek atau taksi online, atau layanan perbankan dan termasuk financial technology, semua kini tersedia di dalam genggaman, dalam smartphone
- Disrupsi membuat segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat waktu dan lebih akurat.
Dalam ilmu strategic management, sebenarnya disrupsi adalah hal yang biasa dalam dunia bisnis. Pada dasarnya disrupsi adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis yang kodratnya memang selalu berubah dan dinamis. Dari zaman dulu juga disrupsi itu sudah terjadi, dan kejadiannya biasanya dikarenakan oleh terciptanya teknologi yang membuat proses bisnis lebih efektif dan efisien dibanding dengan proses sebelumnya.
Selanjutnya bagaimana fenomena tersebut dalam dunia pariwisata? Saya pikir sama saja, kita lihat saja dampak dari berjamurnya OTA (online travel agent) dan agregator transportasi online yang memberikan efek disrupsi terhadap agen perjalanan dan jasa transportasi konvensional yang sedang dipuncak product life cycle dibuat kalang kabut bahkan dapat terdorong ke posisi decline.
Cara Menghadapi Era Disrupsi
Lantas bagaimana cara menghadapi era disrupsi yang akan selalu terjadi dalam dunia bisnis ini? Menurut saya kuncinya adalah adaptasi, karena disrupsi itu merupakan suatu perubahan dalam lingkungan bisnis, dan tentunya adaptasilah yang dapat menjadi obatnya. Berikut adalah 7 (tujuh) cara yang menurut saya dapat dilakukan oleh bisnis dalam menghadapi era disrupsi ini agar bisnis tidak kehilangan pelanggannya atau bahkan mati.
1. Trend Watching
Cara menghadapi era disrupsi yang pertama adalah melakukan Trend watching yaitu kegiatan dalam memantau perubahan trend dalam lingkungan bisnis. Dengan selalu memantau lingkungan, maka bisnis akan selalu mengetahui perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi sehingga gejala-gejala timbulnya disrupsi akan terdeteksi secara dini.
Komponen-komponen yang harus dipantau yaitu trend teknologi, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan alam. Informasi dari trend watching dapat digunakan untuk melakukan adaptasi dan antisipasi, sehingga efek dari disrupsi dapat diminimalisir, atau bahkan bisa jadi agent of disruption, yaitu pelaku bisnis yang menjadi pionir dalam disrupsi.
2. Research
Cara menghadapi era disrupsi selanjutnya adalah melakukan riset. Agar trend watching yang dilakukan hasilnya dapat lebih meyakinkan, maka harus dilakukan dengan pendekatan riset. Karena dengan riset informasi yang didapat dapat dipertanggungjawabkan mengenai kesahihan dan keabsahannya, karena dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu bisnis di era ini harus memiliki fungsi riset, yang biasa dinamakan R&D (research & development).
3. Risk Management
Cara menghadapi era disrupsi yang ketiga yaitu selalu melakukan pengelolaan terhadap resiko. Lingkungan yang terdisrupsi pada dasarnya akan menjadi pemicu dari resiko bisnis. Oleh karena itu, bisnis harus selalu dapat mengelola disrupsi sebagai suatu peril dalam resiko, dan bisa dikatakan bahwa disrupsi itu harus dikelola, dan menurut saya risk management disini dapat difokuskan kepada disruption management yang isinya bagaimana disrupsi diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, sehingga bisnis dapat memiliki ruang dan waktu untuk mengantisipasi gejala disrupsi yang akan terjadi.
4. Inovation
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-empat adalah melakukan inovasi, yaitu membuat terobosan-terobosan baru atau penyesuaian-penyesuaian pada bisnis yang lama agar lebih sesuai dengan era dimana masa disrupsi terjadi. Inovasi dapat dilakukan jika peristiwa tersebut sudah terlanjur terjadi dan dapat berhasil pada bisnis yang mau melakukan perubahan. Contohnya adalah bisnis yang murni offline, membuat inovasi dengan meluncurkan versi online.
5. Switching
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-lima adalah switching atau memutar haluan bisnis. Cara ini dapat dilakukan Jika bisnis yang ada tidak lagi bisa diotak-atik atau dimodifikasi, maka solusinya adalah harus berani putar haluan atau mematikan produk yang sudah dimiliki. Contohnya Telkom yang selalu berani untuk mematikan atau mengkanibalisasi produknya sendiri seperti telepon kabel yang diganti dengan nir-kabel dll.
6. Partnership
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-enam yaitu melakukan strategi partnership. Era disrupsi pada masa ini membuat bisnis sulit untuk bertempur sendiri karena persaingan sudah sangat kompleks dan proses bisnis sudah ter-inklusi. Oleh karena itu solusinya adalah dengan melakukan kolaborasi dan aliansi-aliansi strategis mulai dari sisi input sampai output dalam supply chain agar bisnis menjadi lebih efektif dan efisien.
7. Change Management
Cara menghadapi era disrupsi yang terakhir adalah dengan melakukan change management. Hal ini dapat dilakukan untuk merubah pola pikir dan kesadaran dari elemen sumber daya manusia dalam organisasi bisnis agar dapat bahu-membahu melakukan perubahan. Karena efek disrupsi itu dapat merubah segala hal tak terkecuali pada budaya organisasi dalam melakukan proses bisnisnya. Oleh karena itu solusinya adalah organisasi harus dapat berubah menyesuaikan budaya organisasi di era disrupsi yang ada.
Itulah ke-tujuh cara yang dapat dilakukan oleh bisnis, termasuk bisnis pariwisata agar tidak lantas mati ditelan oleh fenomena disrupsi yang akan selalu terjadi baik pada masa lalu, kini dan yang akan datang.
Selamat menghadapi era disrupsi dan Wallahu A’lam Bishawab karena hanya Allah lah yang maha mengetahui termasuk kebenaran menganai ilmu ini.