Pengalaman Wisatawan: Cara Mengelola, Pengertian & Indikator

Pengalaman Wisatawan: Cara Mengelola, Pengertian & Indikator

Yang dikonsumsi oleh wisatawan pada prisnsipnya adalah pengalaman total mulai dari ia berangkat ke destinasi, beraktivitas di destinasi sampai kembali lagi pulang ke tempat asalnya. Oleh karena itu, penting bagi destinasi untuk mengelola pengalaman wisatawan di destinasinya. Jadi, dalam artikel ini saya akan mebahas mengenai bagaimana cara mengelola pengalaman wisatawan (tourist experiences) secara efektif dan efisien.

Sebelum saya membahas bagaimaan cara mengelola tourist experiences secara lengkap, saya coba bahas terlebih dahulu pengertian tourist experiences menurut para ahli serta karakteristiknya.

Pengertian Pengalaman Wisatawan (Tourist Experiences) Menurut Para Ahli

Berbagai ahli telah memberikan pengertian tourist experiences yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya pengertian-pengertian tersebut memiliki subtansi dan filosofi yang hampir sama, tergantung dari cara pandangnya saja.

Berikut adalah pengertian tourist experiences menurut para ahli yang sering ditemukan dalam berbagai literatur:

  1. Menurut Sharpley & Stone (2011) pengertian tourist experiences adalah “apa yang dialami oleh seseorang sebagai wisatawan.”
  2. Menurut Hidayah (2021) pengertian tourist experiences adalah “hasil akhir dari proses konsumsi wisatawan mulai dari ia merencanakan kunjungan, aktivitas di destinasi sampai kembali lagi ke tempat asalnya.”
  3. Menurut Cooper, Fletcher, Gilbert, & Wanhill (2008) pengertian tourist experiences adalah “suatu persepsi yang diterima atau diingat oleh seseorang dari suatu interaksi dengan suatu produk atau layanan pariwisata.”
  4. Menurut Pine & Gilmore (1998) pengertian tourist experiences adalah “sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diterima atau diingat oleh seseorang sebagai suatu peristiwa yang unik.”
  5. Menurut Sotiriadis & Gursoy (2016) pengertian tourist experiences adalah “sebuah peristiwa yang diterima atau diingat oleh seseorang sebagai suatu peristiwa yang unik dan memiliki arti yang diterima dari suatu interaksi dengan produk atau layanan pariwisata”
  6. Menurut Javalgi dkk. (2003) pengertian tourist experiences adalah “suatu kombinasi dari interaksi dengan produk, layanan, dan lingkungan yang menyebabkan perubahan dalam persepsi dan perasaan seseorang.”
  7. Menurut McAlexander, Schouten, & Koenig (2002) pengertian tourist experiences adalah “suatu peristiwa yang diterima atau diingat oleh seseorang sebagai suatu peristiwa yang unik dan memiliki arti yang diterima dari suatu interaksi dengan produk atau layanan pariwisata.”

Karakteristik Pengalaman Wisatawan

Pengalaman wisatawan bersifat subyektif dan sangat bergantung pada interpretasi dan persepsi seseorang.

Wisatawan yang berbeda dari berbagai latar belakang budaya dan karakteristik seseorang mungkin menginterpretasikan pengalaman mereka secara berbeda di destinasi yang sama (Eyup Karayilan and Gurel Cetin, 2016).

Bahkan untuk orang yang sama, suasana hati mereka pada saat tertentu dapat mempengaruhi persepsi mereka. Destinasi juga berbeda dalam karakteristik atraksi wisata dan daya tariknya.

Wisata pantai mungkin mencakup elemen pengalaman yang lebih pasif seperti relaksasi, estetika, dan hiburan, namun wisata budaya mungkin memerlukan keterlibatan dan edukasi yang lebih aktif.

Oleh karena itu, tourist experiences pada suatu destinasi bersifat subyektif dan sangat kontekstual.

Tourist experiences dimulai dari tempat tinggalnya yang mencakup rangkaian peristiwa, aktivitas, dan persepsi. Seorang wisatawan biasanya menghadapi banyak tantangan selama proses perjalanan wisatanya, mulai dari pencarian informasi hingga proses keberangkatan ke destinasi.

Begitu sampai di desitnasi, mereka juga berinteraksi dengan berbagai aktor tergantung motivasi dan kegiatan yang mereka hadiri. Wisatawan menciptakan pengalaman mereka sendiri dengan berinteraksi dengan berbagai elemen dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di destinasi.

Oleh karena itu, pengelola destinasi pariwisata sebenarnya tidak bisa menciptakan pengalaman wisatawan. Tetapi hanya bisa menyediakan lingkungan, keadaan dan proses-proses dimana wisatawan dapat memperoleh pengalaman (Hidayah, 2021).

Berikut adalah beberapa karakteristik pengalaman wisatawan secara lengkap yang dirangkum dari berbagai sumber:

  1. Unik: dapat dianggap unik karena pengalaman tidak dapat diulang atau diperbanyak.
  2. Subjektif: dipengaruhi oleh persepsi dan perasaan individu yang berbeda-beda.
  3. Dinamis: dapat berubah seiring dengan perubahan lingkungan, interaksi dengan orang lain, serta perasaan individu sendiri.
  4. Multi-dimensional: terdiri dari berbagai aspek seperti emosi, perasaan, pemikiran, dan tindakan.
  5. Diferensiasi: dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain.
  6. Proses: adalah proses yang terjadi dari awal hingga akhir perjalanan wisata.
  7. Integral: merupakan keseluruhan dari interaksi dengan produk, layanan, dan lingkungan.
  8. Memuaskan: harus dapat menyenangkan dan memuaskan bagi wisatawan, sehingga terkait dengan persepsi dan ekspektasi.
  9. Memiliki arti: harus memiliki arti yang diterima oleh wisatawan, dan dapat meninggalkan kesan secara positif.

Cara Mengelola Pengalaman Wisatawan

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak negara di dunia. Selain meningkatkan perekonomian, pariwisata juga dapat meningkatkan citra negara sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Namun, untuk mencapai hasil tersebut, penting untuk mengelola pengalaman wisatawan dengan baik.

Pengalaman yang positif dapat membuat wisatawan ingin kembali ke destinasi yang sama, sementara itu pengalaman yang negatif dapat menyebabkan mereka tidak ingin kembali lagi. Dan terburuknya bahkan mereka dapat memviralkan pengalaman negatifnya tersebut kepada orang lain.

Oleh karena itu pengalaman wisatawan harus dikelola dengan baik. Berikut adalah tahapan dalam mengelola pengalaman wisatawan (Tourist Experience Management) menurut Sotiriadis & Gursoy (2016):

1. Perencanaan 

Perencanaan tourist experiences adalah proses yang digunakan untuk menentukan dan menyediakan pengalaman yang diinginkan oleh wisatawan selama berada di suatu destinasi.

Ini meliputi penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan dan preferensi wisatawan, pembuatan tema, dan pembuatan rancangan tourist experiences.

Tahap prencanaan pengalaman ini sangat penting karena dapat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk kembali ke destinasi yang sama dan meningkatkan citra yang menarik bagi wisatawan.

Penelitian atau Riset Pasar Pariwisata

Lakukan riset pasar pariwisata untuk mengetahui pengalaman yang seperti apa yang dibutuhkan oleh wisatawan. Ini akan membantu dalam merencanakan fasilitas apa saja yang harus disediakan untuk melayani tourist experiences tersebut.

Dengan melakukan riset pasar secara teratur, pengelola destinasi pariwisata akan memiliki gambaran yang jelas tentang kebutuhan, preferensi dan harapan wisatawan. Serta untuk mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan pengalaman yang akan ditawarkan.

Pembuatan Rancangan Pengalaman 

Setelah mengetahui kebutuhan, tahap selanjutnya adalah membuat rancangan untuk pengalaman yang akan disediakan dan ditawarkan.

Rancangan pengalaman terdiri dari penentuan tema besar, ragam aktivitas wisata yang harus disediakan, serta fasilitas-fasilitas dan layanan apa saja yang harus ada untuk mendukung segala aktivitas wisatawan yang direncanakan.

Penentuan tema 

Tema tourist experiences adalah konsep atau ide yang digunakan untuk menciptakan pengalaman yang unik dan menarik bagi wisatawan. Tema pengalaman dapat diterapkan dalam berbagai jenis wisata seperti wisata alam, budaya atau buatan manusia.

Contoh tema pengalaman antara lain:

Tema alam: Menawarkan pengalaman berwisata di alam yang indah seperti trekking di gunung, menyelam di laut, atau berkemah di hutan.

Tema budaya: Menawarkan pengalaman berinteraksi dengan budaya lokal seperti mengunjungi desa tradisional, menyaksikan pertunjukan tari, atau mencicipi makanan khas suatu daerah.

Tema kuliner: Menawarkan pengalaman berwisata untuk mencicipi makanan dan minuman khas suatu daerah.

Tema olahraga: Menawarkan pengalaman berolahraga seperti bersepeda, berjalan-jalan, atau berkayak.

Tema pengalaman dapat digabungkan dengan beberapa tema pengalaman lainnya untuk menciptakan pengalaman yang lebih unik dan menarik bagi wisatawan.

Penentuan aktivitas: Memutuskan aktivitas yang akan disediakan untuk wisatawan seperti pemandangan, tempat wisata, atau acara khusus.

Penentuan fasilitas: Memutuskan fasilitas yang akan disediakan untuk wisatawan seperti akomodasi, transportasi, makanan dan minuman, juga fasilitas pendukung lainnya.

Penentuan layanan: Memutuskan layanan yang akan disediakan untuk wisatawan seperti layanan informasi, layanan kesehatan, layanan keamanan, dll.

2. Pengorganisasian dan Penyampaian

Pengorganisasian tourist experiences adalah proses menyusun dan menyelaraskan aktivitas, fasilitas, dan layanan yang akan disediakan untuk wisatawan agar dapat mencapai tujuan perencanaan pengalaman yang telah ditentukan.

Sedangkan penyampaian pengalaman adalah proses memberikan pengalaman (experiences delivering) yang telah direncanakan dan diorganisasikan kepada wisatawan.

Pengorganisasian pengalaman meliputi beberapa tahap sebagai berikut:

  1. Penentuan jadwal: Menentukan jadwal aktivitas, fasilitas, dan layanan yang akan disediakan untuk wisatawan.
  2. Penentuan lokasi: Menentukan lokasi di mana aktivitas, fasilitas, dan layanan akan disediakan.
  3. Penentuan sistem operasional : Menentukan sistem operasional yang digunakan untuk mengatur dan mengkoordinasikan aktivitas, fasilitas, dan layanan yang akan disediakan
  4. Penentuan pembiayaan : Menentukan sumber dana yang digunakan untuk menyediakan aktivitas, fasilitas, dan layanan.
  5. Penentuan staf dan sumber daya: Menentukan staf dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyediakan aktivitas, fasilitas, dan layanan.
  6. Penentuan standar kualitas: Menetapkan standar kualitas yang harus dicapai dalam pengorganisasian pengalaman wisatawan.
  7. Penentuan sistem evaluasi : Menentukan sistem evaluasi untuk mengevaluasi kualitas pengalaman yang disediakan.

3. Pemasaran  

Pemasaran tourist experiences adalah proses mengenalkan, menjual, dan mengevaluasi pengalaman berwisata kepada calon wisatawan. Pemasaran tourist experiences meliputi beberapa tahap, seperti:

  1. Identifikasi pasar: Tahap ini meliputi penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan, preferensi, dan minat calon wisatawan.
  2. Penyusunan rencana pemasaran: Tahap ini meliputi pengembangan rencana pemasaran yang mencakup strategi dan taktik pemasaran.
  3. Implementasi rencana pemasaran: Tahap ini meliputi pelaksanaan berbagai aktivitas pemasaran, seperti promosi, pemasaran langsung, pemasaran internet, dan lain-lain.
  4. Evaluasi dan pengukuran hasil: Tahap ini meliputi evaluasi hasil pemasaran dan pengukuran efektivitas strategi pemasaran yang telah dilaksanakan.
  5. Pemeliharaan: Tahap ini meliputi pemeliharaan hubungan dengan pelanggan, memberikan pelayanan purna jual, dan melakukan modifikasi pengalaman wisata sesuai dengan feedback dari wisatawan.

Pemasaran tourist experiences harus dilakukan dengan tepat dan efektif agar dapat menarik perhatian calon wisatawan dan meningkatkan jumlah pemesanan pengalaman wisata.

4. Pemantauan dan Evaluasi 

Pemantauan dan evaluasi tourist experiences adalah proses untuk mengevaluasi kualitas dan efektivitas produk dan layanan yang diberikan kepada wisatawan.

Tujuan dari pemantauan dan evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah pengalaman wisata tersebut sesuai dengan harapan wisatawan, dan untuk mengetahui bagaimana pengalaman bagi wisatawan dapat ditingkatkan.

Pemantauan pengalaman bagi wisatawan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • Observasi langsung: Melakukan observasi langsung kepada wisatawan saat menikmati pengalaman wisata untuk mengetahui apakah pengalaman wisata sesuai dengan harapan mereka.
  • Social Media listening: Melakukan pemantauan terhadap isu-isu dalam media sosial seperti melakukan analisis sentimen atau social media mention dengan menggunakan social media listening tools.
  • Survei: Melakukan survei kepada wisatawan setelah menikmati pengalaman wisata untuk mendapatkan feedback dan masukan mengenai pengalaman wisata.

Evaluasi tourist experiences dilakukan berdasarkan hasil dari pemantauan tersebut. Evaluasi pengalaman dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:

  • Menilai tingkat kepuasan wisatawan terhadap pengalaman wisata yang diterima.
  • Menilai sejauh mana pengalaman wisata tersebut sesuai dengan harapan wisatawan.
  • Menilai sejauh mana pengalaman wisata tersebut sesuai dengan tujuan pemasaran.

Hasil dari evaluasi tourist experiences tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pengalaman wisata di masa yang akan datang.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengalaman Wisatawan (Factors Influencing Tourist Experience)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tourist experiences adalah segala hal yang dapat mempengaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku wisatawan selama berada di suatu destinasi.

Berikut adalah faktor-faktornya menurut Mossberg (2007):

  • Lingkungan fisik: Lingkungan fisik dapat mempengaruhi pengalaman karena dapat menjadi faktor yang menentukan kenyamanan dan keselamatan wisatawan, serta mempengaruhi persepsi mereka tentang destinasi. Faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pengalaman yaitu: kondisi infrastruktur, fasilitas umum dan atmosphere.
  • Produk: Produk dapat mempengaruhi pengalaman karena produk merupakan elemen yang menentukan kualitas pengalaman yang akan didapat oleh wisatawan. Produk yang baik dapat meningkatkan pengalaman, sementara itu produk yang buruk dapat menurunkan pengalaman. Produk disini mencakup hal-hal seperti akomodasi, transportasi, makanan, dan aktivitas rekreasi. Selain itu, produk yang unik dan menarik dapat membuat pengalaman lebih menyenangkan dan mengesankan.
  • Personel: Personel dapat mempengaruhi pengalaman karena personel merupakan wajah dari destinasi yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan. Personel yang ramah, profesional, dan berkomitmen dapat meningkatkan pengalaman, sementara itu personel yang tidak ramah, tidak profesional, atau tidak berkomitmen dapat menurunkan pengalaman. Personel yang berinteraksi dengan wisatawan disini seperti petugas pelayanan, petugas keamanan, pemandu dan lai-lain.
  • Wisatawan lainnya: Wisatawan lainnya dapat mempengaruhi pengalaman, karena wisatawan lain merupakan faktor lingkungan yang tidak dapat dihindari dalam pengalaman berwisata. Pengalaman dapat dipengaruhi oleh tingkah laku, sikap, dan kondisi wisatawan lain yang berada di lingkungan yang sama. Contohnya, jika wisatawan lain bersikap tidak ramah, menimbulkan kekacauan, atau tidak memperhatikan kode etik wisata, dapat menurunkan pengalaman. Sebaliknya, jika wisatawan lain bersikap ramah, sopan, dan memperhatikan kode etik wisata, dapat meningkatkan pengalaman. Selain itu, jumlah wisatawan yang datang pada waktu yang sama atau kondisi lingkungan yang penuh juga dapat mempengaruhi pengalaman.

Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Tourist Experiences

Gambar faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman wisatawan
Sumber: Mossberg (2007)

Berikut adalah beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tourist experiences, antara lain:

  • Faktor fisik, seperti cuaca, kondisi lingkungan, desain tempat wisata, dan fasilitas yang tersedia.
  • Faktor sosial, seperti interaksi dengan orang lokal, budaya, dan tradisi.
  • Faktor emosional, seperti perasaan aman, nyaman, dan senang selama berada di destinasi wisata.
  • Faktor ekonomi, seperti harga tiket masuk, biaya transportasi, dan harga makanan.
  • Faktor komunikasi, seperti informasi yang tersedia, kualitas pelayanan, dan efisiensi proses pemesanan.
  • Faktor personal, seperti harapan, minat, dan latar belakang wisatawan.
  • Faktor pemasaran, seperti promosi, branding, dan pengalaman yang diharapkan oleh wisatawan

Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi pengalaman secara positif atau negatif. Oleh karena itu, pengelola destinasi harus mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor tersebut dengan baik untuk memastikan pengalaman yang positif.

Teori Pengalaman Wisatawan (Tourist Experiences Theory)

Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan untuk mendalami tourist experiences:

Experience Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada pengalaman individu sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan atau situasi tertentu.

Teori ini menekankan bahwa experiences adalah proses yang unik dan tidak bisa diprediksi dengan tepat, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi, emosi, harapan, dan konsep diri.

Menurut teori ini, tourist experiences tidak hanya terbatas pada pengalaman fisik di tempat wisata, melainkan juga melibatkan pengalaman emosional, kognitif, dan sosial.

Oleh karena itu, teori ini menekankan bahwa tourist experiences tidak dapat dipahami hanya dengan memperhatikan aspek-aspek fisik dari destinasi, melainkan juga harus memperhatikan aspek-aspek sosial, emosional, dan kognitif.

Destination Attractiveness Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atraktivitas suatu destinasi bagi wisatawan.

Teori ini menekankan bahwa atraktivitas destinasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti atraksi dan daya tarik wisata, amenitas, aksesibilitas, dan lain-lain.

Menurut teori ini, faktor-faktor ini dapat mempengaruhi tourist experiences dan membentuk harapan dan preferensi mereka terhadap suatu destinasi. Oleh karena itu, atraktivitas destinasi dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas produk wisata.

Dengan memahami atraktivitas destinasi, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengembangkan dan memasarkan suatu destinasi wisata, sehingga dapat meningkatkan tourist experiences dan membuat destinasi lebih menarik bagi wisatawan.

Emotional Experience Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada peran emosi dalam mempengaruhi tourist experiences. Teori ini menekankan bahwa emosi memiliki peran penting dalam membentuk tourist experiences dan mempengaruhi bagaimana mereka mengingat dan menilai pengalaman tersebut.

Menurut teori ini, emosi dapat mempengaruhi bagaimana wisatawan memperoleh, menafsirkan, dan mengingat informasi tentang suatu destinasi.

Oleh karena itu, pengelola destinasi wisata harus memperhatikan bagaimana menciptakan pengalaman emosional yang positif bagi wisatawan, seperti dengan menyediakan pengalaman yang bernilai tinggi.

Teori ini juga menekankan bahwa emosi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan dan membentuk citra suatu destinasi dalam ingatan wisatawan.

Tourist Experience Growth & Development Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada bagaimana tourist experiences berkembang dan berubah seiring waktu. Teori ini menekankan bahwa tourist experiences tidak statis, tetapi dapat berkembang dan berubah seiring waktu, tergantung pada faktor-faktor seperti perubahan dalam preferensi, harapan, dan tingkat kepuasan.

Menurut teori ini, tourist experiences dapat berkembang melalui tiga tahap, yaitu: (1) pengalaman awal, (2) pengalaman berkembang, dan (3) pengalaman tercapai.

Tahap pengalaman awal mencakup ekspektasi wisatawan terhadap suatu destinasi. Tahap pengalaman berkembang mencakup interaksi antara wisatawan dengan destinasi dan bagaimana mereka menilai dan mengevaluasi pengalaman tersebut. Tahap pengalaman tercapai mencakup tingkat kepuasan wisatawan dan bagaimana mereka mengingat dan membagikan pengalaman tersebut dengan orang lain.

Dengan memahami teori ini, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam menyediakan pengalaman yang memenuhi ekspektasi wisatawan, meningkatkan tingkat kepuasan, dan memperkuat citra destinasi.

Self-Concept Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada bagaimana tourist experiences mempengaruhi konsep diri mereka. Teori ini menekankan bahwa tourist experiences dapat mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka memahami identitas mereka.

Menurut teori ini, tourist experiences dapat mempengaruhi konsep diri mereka melalui dua cara: (1) melalui proses internalisasi, dimana tourist experiences membentuk identitas mereka melalui pemikiran dan perasaan mereka, dan (2) melalui proses interaksi sosial, dimana tourist experiences membentuk identitas mereka melalui interaksi dengan orang lain dan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.

Dengan memahami teori ini, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam menciptakan pengalaman yang memfasilitasi pembentukan identitas positif bagi wisatawan dan memperkuat konsep diri mereka.

Social Relations & Tourist Experience Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada bagaimana relasi sosial mempengaruhi tourist experiences. Teori ini menekankan bahwa tourist experiences bukan hanya dipengaruhi oleh destinasi dan lingkungan fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi sosial yang terjadi antara wisatawan dengan orang lain.

Menurut teori ini, relasi sosial dapat mempengaruhi tourist experiences melalui tiga cara: (1) mempengaruhi ekspektasi wisatawan, (2) mempengaruhi interaksi antara wisatawan dengan lingkungan fisik, dan (3) mempengaruhi bagaimana wisatawan menilai dan mengevaluasi pengalaman mereka.

Dengan memahami teori ini, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam memfasilitasi interaksi sosial yang positif bagi wisatawan dan memperkuat hubungan sosial mereka.

Ini dapat meningkatkan tingkat kepuasan dan membentuk kesan positif bagi wisatawan, memperkuat citra destinasi dan memotivasi wisatawan untuk kembali lagi ke destinasi tersebut.

Experience Ability Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada bagaimana kemampuan individu mempengaruhi pengalaman mereka.

Teori ini menekankan bahwa pengalaman individu tidak hanya dipengaruhi oleh destinasi dan lingkungan fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk memanfaatkan dan memahami lingkungan tersebut.

Menurut teori ini, kemampuan pengalaman meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan sensoriomotorik, yaitu kemampuan untuk memahami, merasakan, dan bereaksi terhadap lingkungan.

Kemampuan ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, pendidikan, latar belakang budaya, dan kondisi kesehatan.

Dengan memahami teori ini, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam memfasilitasi pengalaman yang memenuhi kebutuhan dan kemampuan wisatawan.

Experience Transformation Theory

Adalah suatu teori yang memfokuskan pada bagaimana tourist experiences dapat berubah dan mempengaruhi persepsi dan tindakan mereka selanjutnya.

Teori ini menekankan bahwa tourist experiences tidak hanya memberikan kesan pada saat itu saja, tetapi juga dapat mempengaruhi tindakan dan persepsi mereka di masa depan.

Menurut teori ini, tourist experiences dapat mengalami transformasi melalui tiga tahap, yaitu pengalaman (1) freezing, (2) integrasi, dan (3) elaborasi.

Dalam tahap freezing, pengalaman masih sangat terasa dan membekas dalam ingatan wisatawan.

Dalam tahap integrasi, pengalaman tersebut diterima dan dipahami oleh wisatawan dan mulai mempengaruhi persepsi dan tindakan mereka.

Dalam tahap elaborasi, pengalaman tersebut diterima dan mempengaruhi tindakan dan persepsi wisatawan dalam jangka panjang.

Dengan memahami teori ini, pengelola destinasi wisata dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam menciptakan pengalaman yang membekas dan memiliki dampak positif bagi wisatawan.

Indikator Pengalaman Wisatawan

Indikator-indikator dalam penelitian mengenai tourist experiences dapat beragam tergantung pada fokus penelitian dan metode yang digunakan.

Berikut adalah beberapa indikator yang umum diukur oleh para peneliti yaitu:

  • Satisfaction: Indikator ini mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk atau layanan yang diterima.
  • Emotion: Indikator ini mengukur perasaan wisatawan selama pengalaman wisata, seperti senang, senang, kesal, atau marah.
  • Behavioural intention: Indikator ini mengukur niat wisatawan untuk kembali ke lokasi wisata atau merekomendasikan lokasi wisata kepada orang lain.
  • Memory: Indikator ini mengukur seberapa kuat ingatan wisatawan tentang pengalaman wisata.
  • Word of mouth: Indikator ini mengukur seberapa sering wisatawan berbicara tentang pengalaman wisata kepada orang lain.
  • Customer value: Indikator ini mengukur nilai yang didapat wisatawan dari produk atau layanan yang diterima dibandingkan dengan harga yang dibayar.
  • Destination loyalty: Indikator ini mengukur seberapa loyal wisatawan terhadap lokasi wisata tertentu.
  • Destination image: Indikator ini mengukur citra yang wisatawan miliki terhadap lokasi wisata tertentu.

Indikator tersebut hanya beberapa contoh yang sering digunakan dalam peneliti, tetapi sebenarnya masih banyak indikator lain yang dapat digunakan, yang disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian.

Referensi

Hidayah, Nurdin (2021). Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital: Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Jakarta: Kreasi Cendekia Pustaka

Sotiriadis, M., & Gursoy, D. (Eds.). (2016). The handbook of managing and marketing tourism experiences. Emerald Group Publishing.

Mossberg, L. (2007). A marketing approach to the tourist experience. Scandinavian journal of hospitality and tourism7(1), 59-74.

Sharpley, R., & Stone, P. R. (Eds.). (2010). Tourist experience: Contemporary perspectives (Vol. 19). Routledge.

Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (2008). Tourism: Principles and practices. Četrta izdaja. Essex.

Pine, B. J., & Gilmore, J. H. (1998). Welcome to the experience economy (Vol. 76, No. 4, pp. 97-105). Harvard Business Review Press.

Javalgi, R. R. G., Griffith, D. A., & Steven White, D. (2003). An empirical examination of factors influencing the internationalization of service firms. Journal of services marketing17(2), 185-201.

McAlexander, J. H., Schouten, J. W., & Koenig, H. F. (2002). Building brand community. Journal of marketing66(1), 38-54.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.