Cara Mendeteksi Tulisan ChatGPT dan AI, Akademisi Wajib Tahu!

Cara Mendeteksi Tulisan ChatGPT dan AI, Akademisi Wajib Tahu!

Halo teman-teman, kali ini saya mau membahas mengenai cara mendeteksi tulisan ChatGPT dan generative text technology atau AI lainnya, yang mungkin sudah meresahkan banyak teman-teman dikalangan akademisi.

Oke, sebelum ke inti permasalahan bagaimana cara mendeteksi tulisan ChatGPT, mungkin banyak juga yang baru tahu apa itu ChatGPT dan teman-temannya itu. Nah saya coba kupas dulu dari sisi teknologinya ya.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa kehadiran teknologi teks generatif (generative text technology) menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama dikalangan akademisi.

Teknologi ini seperti kata pepatah “bagaikan pisau bermata dua”. Dari satu sisi teknologi ini sangat membantu efisiensi pekerjaan yang berhubungan dengan penulisan teks seperti artikel, cerita, pidato, bahkan naskah akademik.

Namun dari sisi yang lain, teknologi ini dinilai dapat memudahkan praktek plagiarisme, mematikan kreatifitas dan inovasi.

Dalam dunia akademik, teknologi ini dapat meningkatkan kecurangan, baik bagi mahasiswa yang sedang mendapatkan tugas essay, atau bahkan dosennya sendiri yang melakukannya pada artikel atau penelitian yang sedang ditulisnya.

Nah, mengapa hal ini dapat dikategorikan sebagai kecurangan atau plagiarisme, karena teknologi ini dapat menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks yang sudah ada, maka akan dengan mudah bagi seseorang untuk menyalin dan mengklaim sebagai karyanya sendiri.

Apa Itu Teknologi Teks Generatif

Teknologi teks generatif adalah sebuah teknologi yang menggunakan algoritma atau model pembelajaran mesin (machine learning) untuk menghasilkan teks baru secara otomatis.

Machine learning adalah bagian dari teknologi AI (artificial intelligence) yaitu teknologi yang hadir di era 4.0 ini. Oleh karena itu platforms berbasis machine learning yang bertaburan di internet biasa juga disebut dengan AI.

Teknologi teks generatif dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti penulisan otomatis, pembuatan konten, atau pembuatan percakapan.

Teknologi ini dapat digunakan untuk menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks yang telah ada, atau dapat digunakan untuk menghasilkan teks baru yang berbeda dan unik.

Di dunia internet marketing sendiri sangat beragam platform berbasis teknologi teks generatif ini, baik yang gratisan maupun berbayar. Namun salah satu yang sangat menyita perhatian akhir-akhir ini adalah kehadiran dari ChatGPT.

Apa itu ChatGPT

Bagi yang belum tahu, ChatGPT adalah model Generative Pre-trained Transformer (GPT) yang dikembangkan oleh OpenAI. GPT adalah model generatif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti generasi teks, natural language processing (NLP), dan lain-lain.

ChatGPT juga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti chatbot, asistent virtual, penghasil teks otomatis, dan lain-lain.

ChatGPT merupakan varian dari GPT yang dikhususkan untuk tugas-tugas pemrosesan bahasa alami, seperti menjawab pertanyaan, penghasil teks, dan lain-lain.

Gambar homepage chatgpt
Sumber: https://chat.openai.com/chat

Berikut adalah beberapa varian ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI:

  1. GPT-1: Model ini pertama kali dirilis pada tahun 2018, dan digunakan sebagai basis untuk model-model GPT pada tahap selanjutnya.
  2. GPT-2: Model ini dirilis pada tahun 2019, dan dapat menghasilkan teks yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga dinilai dapat menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks yang ditulis oleh manusia.
  3. GPT-3: Model ini dirilis pada tahun 2020, selain dapat menghasilkan teks yang sangat mirip dengan buatan manusia, GPT-3 sudah di upgrade sehingga memiliki jumlah parameter yang lebih besar daripada GPT-2 serta dapat menangani berbagai jenis masalah, seperti pemahaman konteks dan pembuatan percakapan.
  4. GPT-3-small: Model ini dirilis pada tahun 2020, ini adalah varian yang lebih kecil dari GPT-3, memiliki jumlah parameter yang lebih sedikit dari GPT-3, namun tetap memiliki performa yang baik dalam tugas-tugas tertentu.
  5. GPT-3-Davinci: Varian dari GPT-3 yang memiliki kapasitas yang lebih baik dalam menangani tugas-tugas yang lebih kompleks dan kreatif.
  6. GPT-3-Einstein: Varian dari GPT-3 yang memiliki kapasitas yang lebih baik dalam menangani tugas-tugas yang lebih kompleks dan kreatif di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam.

ChatGPT ditraining dengan metode unsupervised learning dengan menggunakan jutaan dokumen yang terdapat di internet, sehingga memiliki basis data yang besar dan kaya. Hal ini memungkinkan ChatGPT untuk mengerti dan merespon teks dengan baik.

Namun kelemahannya yang paling menonjol yaitu basis data yang digunakan oleh ChatGPT ini yaitu pada tahun 2021. Artinya platform ini tidak dapat mengakses informasi di dunia internet setelah tahun tersebut.

Contohnya kalau Anda menanyakan siapa pemenang piala dunia 2026, ChatGPT ini tidak bisa menjawabnya. Jadi ini berita buruknya jika Anda igin berpindah profesi menjadi paranormal digital, hehehe.

Manfaat ChatGPT

Selain dinilai memiliki dampak negatif, tetapi ChatGPT ini sangat membantu manusia dalam berbagai hal seperti:

  • Penghasil teks: menulis teks otomatis yang berkualitas baik, seperti artikel, cerita, pidato, surat dan lain-lain.
  • Menjawab pertanyaan: menjawab pertanyaan dari pengguna dengan menggunakan basis data yang tersedia.
  • Penghasil kode: menulis kode program secara otomatis.
  • Natural Language Processing (NLP): menguraikan atau menganalisis teks untuk mengambil informasi yang relevan.
  • Penghasil suara: mengubah teks menjadi suara yang dapat didengar.
  • Dll

Nah, dari beberapa manfaat tersebut, menurut Anda platform ini kedepannya dapat mendisrupsi search engine atau enggak? kalau iya mungkin beberapa profesi terkait search engine akan terkena dampaknya juga ya. Contohnya blogger seperti saya ini mungkin kontennya akan menjadi sepi di masa yang akan datang.

Kelebihan ChatGPT

Oke, kemabali lagi ke hal yang serius. Salah satu kelebihan utama dari ChatGPT dibandingkan dengan platform lainnya adalah kemampuannya dalam menghasilkan teks yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

ChatGPT dapat menulis teks yang berkualitas tinggi dan membuatnya terlihat seolah-olah ditulis oleh manusia. Hal ini karena ChatGPT menggunakan teknologi deep learning yang mampu menangkap pola-pola dalam bahasa manusia.

ChatGPT juga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam natural language processing (NLP) dibandingkan dengan platform lainnya.

ChatGPT dapat menguraikan atau menganalisis teks dengan baik dan mengambil informasi dari data internet yang relevan.

ChatGPT juga memiliki basis data yang lebih besar dan lebih kaya dibandingkan dengan platform lainnya, sehingga dapat menjawab lebih banyak pertanyaan dan memberikan jawaban yang lebih akurat.

Bagaimana Cara Mendeteksi Tulisan ChatGPT dan teks Generatif Lainnya

Pada dunia akademik, banyak akademisi yang khawatir terhadap penyalahgunaan pemanfaatan ChatGPT dan kawan-kawannya ini. Ada yang bilang bahwa mustahil untuk mendeteksi tulisan yang dihasilkan oleh ChatGPT, karena kemiripannya dengan tulisan manusia.

Namun di dunia ini tidak ada yang mustahil selama kita terus berusaha, iya enggak?.

Nah, berikut adalah beberapa cara mendeteksi tulisan ChatGPT atau teks generatif lainnya yaitu:

1. Menggunakan software plagiarism checker

Beberapa software plagiarism checker dapat digunakan untuk mendeteksi tulisan ChatGPT atau teks generatif lainnya. Namun software tersebut harus yang bisa mengerti mengenai pola-pola natural language processing (NLP). Karena yang dibutuhkan bukan hanya untuk mendeteksi kemiripan teks saja, tetapi dari pola semantik nya juga.

Berikut adalah beberapa software plagiarism checker yang dapat digunakan untuk mendeteksi tulisan ChatGPT atau teks generatif lainnya atau bukan:

  • GPTZero: adalah platform yang dapat mendeteksi tulisan yang dihasilkan oleh teks generatif seperti ChatGPT dan lain-lain. Platform ini diciptakan oleh Edward Tian, yang menurutnya platform ini dapat dengan cepat dan efisien dalam mendeteksi apakah tulisan dihasilkan oleh manusia atau ChatGPT.
  • AI2 Grover Detect (GROVER): adalah platform yang dikembangkan untuk mendeteksi “Neural Fake News,” atau artikel berita palsu yang dihasilkan oleh Teknologi AI berdasarkan jaringan neural. Platform ini dirancang untuk menemukan artikel berita palsu yang dihasilkan oleh model bahasa AI ChatGPT dan sejenisnya.
  • Originality AI: adalah plagiarism checker dan pendeteksi AI yang dirancang khusus untuk content creators. Software ini memungkinkan pengguna untuk memeriksa keaslian teks dengan mengidentifikasi plagiarisme apa pun dan mendeteksi apakah alat AI seperti ChatGPT digunakan untuk membuat konten atau bukan.
  • Content at Scale AI Content Detection: adalah platform yang memungkinkan pengguna memeriksa keaslian konten dan menentukan apakah itu ditulis oleh manusia atau ChatGPT. Platform tersebut menggunakan kombinasi AI, algoritma natural language processing (NLP), dan analisis semantik untuk menganalisis konten.
  • Writer: adalah alat gratis yang dikembangkan oleh writer.com. Alat ini dirancang untuk membantu pengguna mendeteksi konten, apakah dihasilkan oleh teks generatif, seperti ChatGPT, GPT-3, atau GPT-2.
  • GPTrue or False: adalah ekstensi dari browser Chrome dan Firefox yang dapat membantu pengguna mendeteksi tulisan yang dihasilkan AI. Cara kerjanya yaitu dengan mengirimkan teks yang dipilih ke halaman website OpenAI Detector yang dihosting oleh Hugging Face, yang digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan bahwa teks tersebut dihasilkan oleh AI atau bukan.
  • Dan lain-lain.

2. Membandingkan dengan teks yang telah ada

Anda dapat membandingkan teks yang dihasilkan oleh ChatGPT atau teks generatif lainnya secara visual dengan teks yang telah ada untuk mengetahui apakah ada kesamaan atau kemiripan.

Salah satu caranya yaitu dengan bertanya ke ChatGPT menggunakan pertanyaan yang kemungkinan jawabannya adalah teks atau tulisan yang sedang diperiksa.

Jika ternyata jawaban ChatGPT itu identik dengan tulisan yang sedang diperiksa, berarti tulisan terebut dihasilkan oleh ChatGPT.

3. Melakukan analisis semantik

Anda dapat melakukan analisis semantik terhadap struktur kalimat dan juga pemilihan kata atau diksi.

Cara menganalisis struktur kalimat disini yaitu dengan membandingkan struktur kalimat dari teks yang diperiksa dengan teks yang dihasilkan oleh ChatGPT untuk mengetahui perbedaan dalam gaya penulisan.

Adapun cara menganalisis pemilihan kata (diksi) yaitu dengan membandingkan diksi dari teks yang diperiksa dengan yang dihasilkan oleh ChatGPT untuk mengetahui perbedaan dalam penggunaan kosakata nya.

4. Melakukan tes readability

Anda dapat menguji teks yang dihasilkan oleh ChatGPT atau teks generatif lainnya dengan mengevaluasi tingkat kesulitan dalam membaca teks tersebut.

Jika teks yang dihasilkan oleh ChatGPT memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada teks yang ditulis oleh manusia, itu menunjukkan bahwa teks tersebut dihasilkan oleh ChatGPT.

5. Melakukan analisis kontekstual

Anda dapat menguji teks yang dihasilkan oleh ChatGPT atau teks generatif lainnya dengan mengevaluasi tingkat kecocokannya dalam konteks yang ditentukan. Karena ChatGPT atau yang sejenisnya terkadang suka salah dalam memberikan jawaban secara kontekstual.

Contohnya dalam menjawab kepanjangan dari suatu singkatan, jawaban yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan konteks yang diinginkan oleh pengguna. Jadi, jika menemukan tulisan yang menjelaskan singkatan yang salah konteksnya, bisa jadi itu bukan buatan manusia.

Nah, itu hanyalah beberapa contoh bagaimana cara mendeteksi tulisan ChatGPT atau teks generatif lainnya. Namun, perlu diingat bahwa teknologi teks generatif saat ini sangat canggih dan dapat menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks yang ditulis oleh manusia.

Oleh karena itu, mungkin diperlukan tes yang lebih spesifik atau kombinasi dari beberapa cara untuk mendeteksi dengan pasti teks yang dihasilkan oleh ChatGPT atau teks generatif lainnya. Niat banget gak sih, hehe?

Oke sampai disini gimana? kelihatannya gampang-gampang susah ya, contohnya kalau kita sebagai dosen ingin memeriksa tulisan mahasiswa, apakah itu hasil AI atau hasilnya sendiri?

Memang seperti pepatah lain yang menyebutkan bahwa “lebih baik mencegah daripada memperbaiki”.

Jadi tindakan preventifnya adalah dengan menguatkan lagi nilai-nilai dan atau norma-norma, terutama agama untuk membentengi manusia dari niat untuk berbuat curang atau plagiarisme.

Tapi bagaimana dengan kurikulum yang seperti sekarang ini? Ya sudah lah…

Wallahu a’lam bishawab.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.